Managing Director Yamaha, Lin Jarvis, membagikan pengalamannya tentang bagaimana rasanya mengatur dua matahari di bawah payung yang sama.
Jarvis mengatakan mustahil jika ada pembalap yang tidak banyak menuntut sambil membawa motivasi untuk menjadi juara dunia.
"Ada banyak orang yang sangat menuntut, banyak ego yang besar di Kejuaraan ini," kata Jarvis kepada TNT Sport, dilansir Motorcyclesports.
"Akan tetapi, Anda membutuhkannya untuk menjadi Juara Dunia. Itulah kenyataannya."
Jarvis kemudian menjelaskan duet Rossi dan Lorenzo di samping menghadirkan periode tersukses juga menghadirkan perpecahan.
Peristiwa didirikannya tembok pemisah antara boks Rossi dan boks Lorenzo masih menjadi sejarah yang diperbincangkan di MotoGP.
"Masa-masa tersulit adalah saat Vale dan Jorge bersama, dan garasinya terbelah," kata Jarvis.
"Namun, pada akhirnya itu adalah masa kejayaan terbesar kami. Kami memenangkan beberapa gelar triple crown (sapu bersih gelar juara pembalap, tim, dan konstruktor)."
"Pada akhirnya, saya akan selalu memilih dua pembalap yang menuntut daripada dua pembalap yang mudah ditangani," ujarnya.
Marquez sendiri tidak asing dengan psywar di dalam garasi.
The Smiling Assassin, julukan Marquez, bahkan mengaku tidak segan untuk mencegat pembaruan pada motor yang akan menguntungkan rekan setimnya jika diperlukan.
Kini, Yamaha lah menjadi penonton dari drama yang akan terjadi di garasi Ducati.
"Saya sangat senang melihatnya sebagai penonton. Itu adalah situasi yang istimewa. Mereka (Ducati) tidak tahu seperti apa rasanya" ujar Jarvis mengakhiri.
(Tribunnews.com/Giri)