Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Kepergian pelatih Arema, Suharno masih terus dikenang para pelaku sepak bola. Bahkan pelatih Mitra Kukar, Jafri Sastra merasa sedih kehilangan Suharno.
Jafri mengaku tidak bisa tidur mengingat wajah Suharno yang kerap memberikan wejangan membangun itu.
"Meski saya hanya bertemu langsung hanya tiga kali saat menangani Semen Padang di kompetisi musim lalu, tetapi saya mendapat kesan yang luar biasa dari Suharno. Beliau sosok yang baik dan selalu mendidik. Itu terjadi ketika kami bertemu Arema di babak delapan besar Liga Super Indonesia musim lalu. Kami gagal lolos ke babak berikutnya, tetapi Suharno memberikan pesan kepada saya untuk bersabar dan terus belajar," kata Jafri kepada Harian Super Ball.
Jafri ingat, Suharno berpesan, apapun hasil di lapangan dijadikan pelajaran penting buat pelatih.
"Meski menjadi rival di sebuah pertandingan, tetapi beliau tidak menganggap saya sebagai musuh. Namun beliau tetap memberikan wejangan yang mendidik dan membangun. Itu menunjukan beliau memiliki mental, pandai bersosialisasi, dan bersikap familiar terhadap siapapun," ujar Jafri.
Di luar pertandingan, ucap Jafri, Suharno bersedia sharing dengan pelatih-pelatih muda seperti dirinya.
"Beliau memandang sama terhada siapapun. Meski saya masih muda di sepak bola nasional, tetapi beliau mau tukar pikiran dan pengalaman. Beliau selalu memberikan masukan yang membangun,"ucap Jafri.
Ada panggilan yang selalu dituturkan Suharno. "Beliau selalu memanggil saya dengan sebutan Lur yang maksudnya sedulur artinya saudara. Itu menunjukan beliau menganggap semuanya sebagai saudara. Sehingga suasana obrolan menjadi hangat," terang Jafri.
Jafri menambahkan, Suharno memiliki visi yang sangat baik dan jauh ke depan untuk kemajuan sepak bola nasional.