News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sudut Lapangan

Celana Dalam Lineker pada Babad Baru Leicester

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Leicester City menang.

Selang beberapa hari, di stasiun televisi lain, ia mengupas habis Ranieri. Menurut Lineker, pelatih yang dibutuhkan oleh Leicester adalah pelatih yang mampu membangkitkan motivasi, sehingga pemain percaya diri untuk mengarungi kompetisi Premier League yang keras dan ganas. Saya kira, kata Lineker, manajemen mendatangkan Ranieri untuk itu. Bukan untuk menjadi juara. Dan Ranieri adalah pilihan yang keliru.

"Saya pun beranggapan demikian. Leicester terlalu sederhana untuk bersaing dengan klub-klub besar di Inggris. Tapi tentu saya sangat senang kalau Leicester juara. Dan apabila itu terjadi, Anda harus mengundang saya lagi. Sebab saya akan berbicara di sini dengan hanya memakai celana dalam," ujar Lineker.

Maka begitulah. Kalau Anda hanya seorang peramal sepakbola kelas teri, Anda tidak perlu malu karena sekarang, ramalan peramal-peramal kelas kakap pun sekarang terjungkirbalikkan. Kalau Anda cuma seorang pengamat sepakbola kelas warung kopi, Anda pun tak perlu sungkan sebab analisis-analisis para pengamat terpandang di seluruh dunia juga berantakan.

Memasuki pekan ke 36 Liga Inggris, Leicester City masih memuncaki klasemen dengan torehan 76 poin, unggul tujuh poin bersih dari satu-satunya pesaing menuju mahkota juara, Tottenham Hotspur. Tujuh poin bersih dari tiga laga tersisa yang menyediakan poin maksimal sembilan. Artinya, Hotspurs baru bisa juara apabila Leicester gagal meraih sebiji poin pun.

Apakah kemungkinan ini bisa terwujud? Bisa saja. Bola bundar dan gawang membentang lebar. Akan tetapi, dalam kondisi seperti sekarang, potensinya agak kecil.

Pertama, kobaran api semangat Leicester kelewat besar untuk dipadamkan dengan mudah dipadamkan. Kedua, peruntungan mereka tahun ini agaknya memang ditakdirkan bersinar terang.

Alan Shearer, mantan penyerang tim nasional Inggris yang sekarang bekerja sebagai komentator televisi, di sela tugasnya mengupas pertandingan Liga Champions tengah pekan lalu, entah bercanda entah serius, mengatakan bahwa dengan kombinasi kedua hal tadi, Leicester City berpeluang menang melawan klub-klub terkemuka Eropa. Termasuk Barcelona, Real Madrid, atau Bayern Munchen.

Bagaimana dengan Manchester United? Manchester merupakan elite Eropa yang sedang mengalami degradasi kualitas, dan malam nanti, Leicester akan bertandang ke Old Trafford, markas legendaris The Red Devils --julukan United. Sampai di sini, Leicester berpeluang mencatatkan dua sejarah sekaligus: juara untuk pertama kalinya sepanjang 132 tahun dan melakukannya di kandang klub pengoleksi gelar terbanyak.

Istimewa bagi Leicester, ironis bagi Manchester United. Ibarat kata, mereka kena tampar dua kali. Sudah jatuh masih tertimpa tangga pula.

Pertanyaannya, mampukah Leicester melakukannya? Ranieri dan seisi skuat melesatkan keoptimistisan. Pun sebaliknya United.

"Leicester akan juara. Tentu saja. Mereka sudah tidak terbendung lagi. Yang bisa kami lakukan hanyalah menundanya. Dengan kata lain, mereka tidak akan juara di sini. Mereka akan juara satu minggu ke depan," kata pelatih United, Louis van Gaal pada BBC.

Lineker berpendapat serupa. Pada The Week UK, ia menyampaikan apa yang disebutnya sebagai kepasrahan yang aneh.

"Saya berada dalam situasi yang sulit dijelaskan. Saya senang sekaligus merasa tidak nyaman. Tapi saya tidak mengingkarinya. Cepat atau lambat, akan terjadi, Anda akan melihat saya di televisi dengan hanya mengenakan celana tidur," sebutnya. (*)

twitter: @aguskhaidir

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini