News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Piala Eropa 2016

Eder, Itik Buruk Rupa yang Berubah Menjadi Angsa Cantik

Editor: Dewi Pratiwi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Eder memegang Trofi Euro 2016

TRIBUNNEWS.COM - Mungkin tidak pernah ada yang menyangka bahwa Eder akan membawa Portugal menjadi juara Euro 2016 mengalahkan tim favorit Prancis.

Eder sama sekali jauh dari profil seorang pahlawan dalam cerita sepak bola, bahkan di negaranya sendiri.

Saat turnamen dimulai, Eder adalah salah satu anggota skuad yang "tidak terkenal". Bahkan, wartawan Expresso, Mariana Cabral, mengaku canggung saat menjebut nama Eder.

"Karena tidak seterkenal Pauleta, Nuno Gomes, dan Domingos," kata Mariano seperti dilansir ESPN FC.

Catatan Eder sebagai penyerang di timnas memang mengecewakan. Dia hanya membuat tiga gol dalam 28 laga sebelum laga final digelar. Parahnya, tiga gol itu di laga persahabatan.

Tidak aneh jika suporter Portugal memilih nama Hugo Vieira yang bermain di Liga Serbia bersama Red Star Belgrade atau Bruno Moreiro yang bermain di klub Thailand Buriram United sebagai alternatif ketimbang Eder yang membela klub Ligue 1 Prancis Lille.

"Suporter Portugal tidak pernah memperhitungkan Eder, karena dia banyak melewatkan peluang," kata Luis Catarino, analis Euro 2016 yang bekerja untuk RTP TV.

Ketika membela klub Liga Inggris Swansea City, Eder juga jarang dimainkan, sekalipun Bafetimbi Gomis cedera.

Pemain yang dibeli dari Braga sebesar lima juta pound itu hanya bermain 269 menit dan hanya dua kali menjadi starter tanpa mencetak gol. Dia pun dipinjamkan ke Lille sebelum menjadi permanen.

"Eder adalah pahlawan di lini depan," kata Pelatih Lille Frederic Antonetti. Musim lalu sejak kedatangan Eder pada bulan Februari, posisi Lille meningkat tajam dari peringkat ke-15 ke peringkat kelima dan lolos ke Liga Europa

Namun, hal itu belum cukup bagi Pelatih Portugal Fernando Santos untuk menempatkan Eder sebagai pemain reguler. Terlebih Santos lebih suka pada formasi 4-3-3 atau 4-4-2 tanpa penyerang tengah yang sudah teruji.

Cerita berubah drastis ketika Cristiano Ronaldo cedera di partai final. Santos mengubah taktik dengan menarik Renato Sanches dan memasukkan Eder.

"Ronaldo berkata bahwa saya akan mencetak gol, dan dia benar. Saat saya dipanggil Santos, saya berpikir kesempatan (membuat gol) itu akan datang," kata Eder,

Lantas apa kata Santos? "Eder adalah itik yang buruk, tapi dia sudah berubah menjadi angsa yang cantik," katanya.

Baca Selengkapnya Hanya di HARIAN SUPER BALL, Selasa (12/7/2016)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini