Namun beberapa di antaranya digagalkan oleh kiper lawan, oleh tiang gawang, dan juga genangan air hujan di kotak 16 Tampines.
Satu hal yang perlu disoroti dalam laga ini adalah performa Ilija Spasojevic dalam laga debutnya bersama Bali United.
Striker anyar ini mampu membuktikan ketajamannya dengan mencetak gol indah.
Sebuah proses gol yang memang jadi kelebihannya; menerima bola membelakangi gawang kemudian memutar badan dan diakhiri tendangan akurat ke pojok gawang.
Sepanjang penampilannya selama 90 menit, Spaso terlihat memerankan diri sebagai "striker tembok".
Dengan keunggulan posturnya ia jadi pemantul bola untuk second line.
Tampak perbedaan karakter permainan Spaso dengan bomber pendahulu Bali United Sylvano Comvalius.
Spaso lebih banyak menunggu bola di depan, sedangkan Sylvano lebih mobile dalam bergerak sehingga memudahkan dia mencetak gol.
Inilah yang masih perlu jadi catatan untuk Spaso. Striker naturalisasi ini harus lebih banyak bergerak dan juga ikut membuka ruang.
Satu lagi, pergerakannya harus lebih cepat sehingga bisa mengimbangi serangan cepat yang dibangun rekan-rekannya.
Andai saja Spaso lebih mobile dan cepat, rasanya dia tak hanya mencetak satu gol tapi lebih banyak lagi. Dan di Stadion Dipta pun tak hanya terjadi hujan air tapi juga hujan gol.
Secara overall, performa Bali United patut diacungi dua jempol. Serdadu Tridatu mempertontonkan permainan memukau.
Apresiasi khusus buat Coach Widodo yang berani memberi kepercayaan pada seorang anak muda bernama Hanis Shagara, yang langsung dijawab dengan gol indah.
Well, sekarang kita bersiap menuju Thailand menghadapi Chiangrai United pada putaran kedua playoff, 23 Januari nanti.
Mari berdoa semoga Bali United bisa melangkah lebih jauh untuk melanjutkan catatan sejarah lebih besar bagi persepakbolaan Pulau Dewata.