TRIBUNNEWS.COM - Sriwijaya FC merupakan tim yang berasal dari Pulau Sumatera yang musim ini berkompetisi di kasta kedua sepak bola Indonesia.
Sudah 2 musim tim yang memiliki julukan Laskar Wong Kito tersebut berkutat di Liga 2.
Padahal jika ditarik kebelakang, dalam beberapa musim yang lalu, Sriwijaya FC merupakan satu diantara tim besar yang memanaskan perebutan gelar di kasta tertinggi.
Baca: Sriwijaya FC Minta PT Liga Indonesia Baru Tetap Lanjutkan Kompetisi Tanpa Penonton
Baca: Manajemen Sriwijaya FC Mengusulkan Kompetisi Liga 2 2020 Segera Dilanjutkan Setelah Ditunda 2 Pekan
Kualitas permaianan Sriwikiaya FC yang didukung mewahnya skuat yang dimiliki terbukti ampuh untuk menjadi kampiun.
Tepatnya di musim 2011/2012, Sriwijaya C mampu menjadi jawara di kompetisi tertinggi, saat itu nama kompetisi masih Indonesia Super League (ISL).
Sriwijaya FC mampu keluar sebagai jawara di musim tersebut setelah mengakhiri kompetisi sebagai puncak klasemen dengan koleksi 79 angka.
Sedangkan sang jawara di musim sebelumnya, yakni Persipura Jayapura menempati urutan kedua.
Jika di bedah secara kualitas pemain yang dimiliki Laskar Wong Kito di musim tersebut, dapat dikatakan merata.
Tidak semewah yang dimiliki oleh Persija Jakarta, Persib Bandung hingga pemain penuh talenta seperti yang dimiliki oleh Persipura.
Musim tersebut Sriwijaya FC yang ditangani oleh Kas Hartadi banyak mengandalkan pemain berpengalaman seperti Achamd Jufriyanto, Thierry Gathuessi, Supardi Nasir, Nova Arianto Mahyadi Panggabean hingga J Coyne di lini pertahanan.
Kemudian di lapangan tengah, Kas Hartadi banyak mengandalkan pemain yang notabene-nya merupakan gelandang pekerja keras.
Baca: Buntut Penalti Kontroversial Sriwijaya FC, PSIM Minta Satgas Anti Mafia Bola Bertindak
Baca: Hasil & Klasemen Liga 2 2020 Pekan Pertama: Mitra Kukar, Sriwijaya FC & PSMS Menang, PSIM Tersungkur
Diantaranya ialah Ponaryo Astaman, Samsul Bachri Chaerudin, Firman Utina hingga Liem Joon-sik.
Praktis 4 gelandang tengah yang dimiliki Laskar Wong Kito musim tersebut bertipikal sebagai gelandang petarung yang ditunjang dengan tendangan cannon ball yang mematikan.
Praktis hanya Firman Utina yang merupakan pemain tengah dengan naluri menyerang lebih baik.