TRIBUNNEWS.COM, Yogyakarta - Di tengah nasib kompetisi yang urung menemui titik terang akibat pandemi virus corona, terselip keprihatinan akan pelatih lokal yang seolah kalah pamor dibanding juru taktik asing.
Hal tersebut diungkapkan asisten pelatih PSIM Yogyakarta, Bonggo Pribadi.
Menurutnya, pelatih lokal memiki potensi besar.
Hanya saja, potensi besar yang dimiliki pelatih lokal urung dimaksimalkan.
Baca: Bantu Angkat Semen dan Pasir, Jandia Eka Putra Nyambi jadi Tukang saat Libur Liga 1
Baca: PSSI Kembali Gelar Pertemuan Virtual, Belum Tentukan Kelanjutan Liga 1 dan Liga 2
Buktinya, pelatih lokal di Indonesia jumlahnya melimpah.
Namun hampir separo klub kontestan Liga 1 2020 mempercayakan posisi juru taktik pada pelatih asing. Hanya 10 tim saja yang menggunakan jasa pelatih lokal.
Sedangkan pada kompetisi kasta kedua, pelatih lokal memang mendapat porsi lebih banyak.
Meski begitu, tetap saja masih ada klub yang mempercayakan posisi vital tersebut pada juru taktik asing.
"Kalau bicara kepelatihan lokal, kadang kadang kita ya sedih, miris. Semua pelatih lokal diminta meningkatkan lisensinya, mengikuti kursus dengan biaya yang relatif, dibilang mahal ya mahal," kata Bonggo Pribadi.
Baca: Suka Duka Jandia Eka Putra dengan PSIS Semarang: Bagaimanapun Harus Dinikmati
Baca: Kagum dengan Suporter PSIM Jogja, Raymond Tauntu Ingin Berikan yang Terbaik untuk Tim
"Dari sisi komunikasi pasti pelatih lokal jauh lebih baik dan begitu juga dengan memahami karakter dan kultur sepak bola Indonesia.
Pelatih lokal punya lebih banyak nilai plusnya, tinggal diberikan kepercayaan atau tidak," imbuhnya.
Meski begitu, Bonggo di sisi lain memaklumi jika di kompetisi kasta tertinggi memang wajib mengikuti regulasi bahwa pelatih harus berlisensi AFC Pro.
Namun harapan Bonggo, pelatih lokal pun harus benar-benar punya lisensi tinggi, bukan sekadar pelatih asing.
Baca: Sang Ibu Jago Masak, Bek PSS Sleman Asyraq Gufron Ingin Rambah Bisnis Kuliner
"Tapi setelah itu, tidak menjadi jaminan bisa melatih klub di negeri sendiri.