Pemilik 199 gol bersama Bayern Munchen ini dianggap telah habis dan tidak bisa diandalkan sebagai pemain utama.
Barulah di bawah Hansi Flick namanya kembali tidak tergantikan.
Di usianya yang 30 tahun, permainannya tidak berubah, tetap menawarkan taktis dan penciptaan ruang yang luar biasa.
Apa yang ditawarkan Hansi Flick di Bayern Munchen, sangat sesuai dengan Thomas Muller.
Hansi Flick adalah pelatih yang berkiblat pada transisi, bukan penguasaan bola, dan Muller adalah kuncinya.
Muller bukanlah pemain dengan passing aman nan efektif dan menjaga penguasaan bola seperti yang pemain Barcelona lakukan, Muller selalu mengambil risiko.
Ia akan membagikan bola-bola yang nampak “nanggung” dan mudah direbut.
Namun kenyataannya, bola umpannya sangat sulit diambil.
Ia juga menawarkan penemapatan posisi yang sulit dipahami.
Butuh kemampuan luar biasa untuk mendapatkan bola di posisi Muller, tetapi ia selalu bisa melakukan itu.
Ruang adalah sahabat Muller.
Raumdauter mungkin terdengar filosofis, seperti Friedrich Nietzsche mempertanyakan keberadaan Tuhan, Muller adalah pemain yang mempertanyakan penguasaan bola.
Dan apabila pada akhirnya Bayern Munchen mendapatkan Treble musim ini, maka Muller harus menjadi orang yang mengangkat piala.
Sebab, sosoknya yang sangat vital bersama the Bavarians musim ini.
Jadwal Final Liga Champions
Senin (24 Januari 2020), live SCTV
Bayern Munchen vs PSG
(Tribunnews.com/Gigih)