Harian Kompas (20/2/1992) mencatat Persib meraih gelar juara pada 1937, 1950, 1961, 1986, dan 1990.
Pemain lama Persib yang masih aktif mengikuti perkembangan dari dekat hingga 1992 di antaranya Aang Witarta dan Ade Dana.
Kedua mantan pemain sepak bola ini pernah memperkuat Persib antara 1951 sampai 1961.
Mereka bermain bersama pemain lainnya Omo, Rukman, Wowo, Sunarto, Isak Udin, Rukma, Fatah Hidayat, Henky dan Pietje Timisela.
Harian Kompas (18/4/1994) mengabarkan Persib berhasil mendapatkan Piala Presiden pada 1994 setelah menakhlukkan juara bertahan PSM Ujungpandang 2-0.
Namun prestasi Persib masih banyak lagi.
Tim sepak bola kesayangan warga Bandung ini juga dikenal dengan kekompakannya.
Seperti pada Piala Presiden tersebut, digambarkan Bandung sepi nyaris seperti kota mati. Penduduk di kota ini masing-masing duduk di depan televisi begitu pertandingan Persib-PSM dimulai.
Para pedagang kaki lima yang biasanya duduk berjejer di depan Bandung Indah Plaza Jalan Merdeka maupun Jalan Dewi Sartika, jantung kota Bandung, juga tidak ditemui.
Jalan di Kepatihan, seputar Alun-alun Bandung yang setiap hari dan sore macet, begitu pertandingan dimulai mendadak lengang.
Di beberapa rumah, sorak penduduk begitu bergemuruh ketika Persib mencetak gol pertama. Namun saat TVRI menghentikan sementara penayangannya karena siaran berita pukul 19.00 berbagai keluhan pun keluar.
"Kok tega-teganya TVR menghentikan penayangan Persib-PSM. Ini kan bukan peristiwa yang terjadi setiap tahun," ujar pendukung fanatik Persib yang menelpon ke Kompas Bandung. Meski lahir di Kota Kembang, namun Persib dibanggakan warga Tanah Pasundan, Jawa Barat.
Dalam perkembangannya, penggemar Persib kemudian menamakan diri sebagai bobotoh.
Dikutip Harian Kompas (16/3/2016) kata itu dipilih dari Bahasa Sunda yang berarti ’pendukung, memberikan dukungan, dorongan, dan semangat’. Puncak antusiasme bobotoh terhadap Persib terjadi pada 1980-an.