Setiap kali Persib berlaga di Stadion Utama Senayan, puluhan ribu bobotoh dari seluruh Jawa Barat mengalir ke Jakarta untuk menyaksikan dan mendukung langsung tim kesayangannya.
Saat final Perserikatan di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang mempertemukan Persib dan PSMS Medan tahun 1983, misalnya, mobilisasi lebih dari 100.000 orang menuju Jakarta serempak dilakukan di banyak daerah di Jabar.
Bahkan, Gubernur Aang Kunaifi meminta aktivitas di Jawa Barat saat pertandingan final dihentikan sementara guna memberikan dukungan kepada Persib.
Selain faktor ikatan sejarah dan pewarisan turun-temurun, secara implisit identitas Sunda atau Jawa Barat begitu melekat dalam jati diri Persib dan bobotoh. Salah satu slogan bobotoh adalah make manah.
Kalimat Bahasa Sunda itu artinya menggunakan hati, adalah salah satu slogan bobotoh dalam mencintai klub Persib. Kecintaan terhadap Persib datang dari hati yang tulus.
Ujaran ”Persib nu aing” (Persib milikku) boleh jadi bukan semata pemeo belaka. Nu aing adalah bahasa Sunda yang egaliter untuk menunjukkan konteks ”kepunyaanku”.
Persib punya julukan, seperti ditulis di Harian Kompas (20/2/1992) yaitu Maung Bandung.
Dikutip Harian Kompas (16/3/2016), Maung Bandung berasal dari Budaya Sunda.
Dalam mitologi Sunda, maung atau macan merupakan perwujudan metafisik dari Prabu Siliwangi, raja dari Kerajaan Sunda pada abad ke-14.
Maka, penyebutan maung yang dilekatkan pada Persib dapat menunjukkan bahwa Persib sebetulnya bernilai emosional, yakni kebanggaan rakyat Sunda.