Saat para pemain melakukan pemanasan di Reggio Emilia sebelum pertandingan melawan Israel pada September 2017, penonton tuan rumah mencemooh dan bersiul.
Italia menang 1-0 dengan gol dari Immobile tapi itu tidak memperbaiki suasana, Ventura dalam tekanan besar yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya, Ventura bahkan mulai curiga bahwa ada yang mengancam nyawanya.
“Sayangnya dia melihat kami lebih sebagai beban dan masalah daripada sumber daya ketika kami adalah orang-orang yang mencoba menyelamatkan apa yang kami bisa,” kenang Giorgio Chiellini.
“Kami mencoba dengan segala cara yang kami bisa untuk membantunya. Setelah fakta kami bertanya pada diri sendiri apakah itu layak atau tidak, bukankah lebih baik pergi ke FIGC dan meminta mereka secara terbuka untuk menunjuk pelatih baru.
"Karena pada satu tahap di ruang ganti kami saling tatap muka. dan berkata: 'Anak-anak, apa yang kita lakukan?' Pada akhirnya kami melepaskannya dan apa yang terjadi terjadi.”
Puncaknya, adalah ketika Italia gagal lolos ke Piala Dunia 2018,dengan drama di laga terakhir.
Menghadapi Swedia di play off, Italia yang kalah di leg pertama lewat gol bunuh diri Daniele de Rossi, dalam misi wajib menang.
Masih segar diingatan ketika De Rossi dengan gestur murka menolak bermain, dan menunjuk Lorenzo Insgine.
Alasan de Rossi sederhana, Italia perlu menang, dan de Rossi merasa butuh pemain dengan karakter menyerang dan meminta Ventura memasukkan Insigne.
Dan Italia gagal ke Piala Dunia, tragedi yang terakhir kali terjadi pada 1958.
Ironisnya, Ventura menolak mengundurkan diri, dan kemudian dipecat oleh FIGC.
Baca juga: Final Euro 2021 Italia vs Inggris: Momentum The Three Lions Jawab Tudingan Konspirasi UEFA
Baca juga: Antarkan Denmark Sampai Semifinal Euro 2021, Mikkel Damsgaard Siap Dipagari Presiden Sampdoria
Revolusi kemudian terjadi di Bassano del Grappa, tempat Maurizi Viscidi, Direktur Teknik FIGC tinggal, ia menyiapkan semua data statistik sebagai pondasi kuat dari apa yang terjadi di Italia saat Euro 2021.
Viscidi masuk ke FIGC, atas rekomendasi Arrigo Sacchi, perubahan radikal langsung dibuatnya.
Ia tidak percaya Italia memiliki DNA sepak bola bertahan, menurtnya, Commissario Tecnico (julukan pelatih Timnas Italia) harus memiliki karakter kuat dan mampu membawa Italia bermain secara menyerang.