"Saya tidak eksplosif atau secepat di masa lalu, tetapi saya lebih pintar," ujar mantan bek Livorno ini.
"Bermain satu lawan satu tidak masalah bagi saya, saya telah belajar untuk bergerak lebih awal, tanpa membiarkan penyerang melakukan apa yang dia inginkan.
"Saya membawanya ke sisi di mana ada lebih sedikit ruang. Saya bermain offside mencegah lebih baik daripada mengobati.” tutupnya bercanda, dikutip dari Tuttosport.
Baca juga: Antonio Gagliardi, Ahli Statistik yang Bawa Italia Juara Euro 2021, Diperebutkan Juventus dan FIGC
Pengorbanannya tidak terhitung, berapa banyak luka jahitan yang dimilikinya di kepala adalah sesuatu yang membuktikan pengorbanannya di atas lapangan.
“Saya punya banyak koleksi jahitan di kepala saya,” kata Chiellini.
“Mereka pasti memberi saya setidaknya 100 jahitan. Darah tidak mengganggu saya, terutama darah saya sendiri.
"Bagi saya, bertahan adalah kebahagiaan. Mendapatkan blok yang menentukan adalah sukacita murni.
"Tekel terakhir dan jarak garis gawang yang tak terpikirkan memberi saya lebih banyak kepuasan daripada mencetak gol.
"Mencetak gol itu bagus, tapi itu bukan hidup saya. Menghentikan seseorang untuk mencetak gol adalah tugasku.” ujarnya menjelaskan.
Dan, sesuai dengan lagu kebangsaan Italia, "Siamo pronti alla morte” Chiellini memberikan segalanya untuk Italia.
Ia tidak takut beradu mental dengan lawan, Jordi Alba menjadi korbannya.
"Menghancurkan lawan, adalah cara kreatif terbaik untuk menang," tutup Chiellini.
(Tribunnews.com/Gigih)