“Saya tidak membutuhkan scout yang hanya pergi ke permainan,” Moncada menjelaskan.
“Saya membutuhkan seseorang yang menonton pelatihan, berbicara dengan orang tua, direktur akademi.
"Terlalu mudah untuk melihat permainan, menulis laporan Anda, dan menyelesaikannya, Kita bisa melakukannya dari kantor.
"Kita harus memiliki naluri mengenai situasi kontrak, seperti apa keluarga, detail kecil membuat perbedaan dan hubungan antara scout dan pemain sangat penting di sini.” tutup pria berusia 32 tahun ini.
Moncada dan timnya mengikuti pemain dari level U-17 hingga U-23.
Baca juga: Giorgio Chiellini, Antagonis Italia di Euro 2021, Matikan Lukaku dan Perang Mental dengan Jordi Alba
“Dalam waktu dua tahun mereka adalah pemain cadangan atau pemain tim utama.
"Pada saat itu kami sudah menonton mereka beberapa tahun, Saya ingin tahu cerita di balik mereka, latar belakang mereka.” ungkapnya.
Pemandu bakat biasanya cenderung skeptis dan dalam beberapa kasus memusuhi data, misalnya ketika ada data mengenai PPDA (umpan tepat dala situasi bertahan) dan "xG throw-in".
Tetapi departemen analitik Milan, yang dikelola oleh sekelompok kecil analis berusia 20-an yang cerdas dan menggunakan data StatsBomb, memiliki tingkat sinergi yang optimal.
Sedangkan Moncada sambil bekerja secara independen satu sama lain untuk menghindari bias.
“Pada akhirnya kami memiliki laporan komprehensif dengan semua info dan statistiknya,” kata Moncada.
Pria asal Prancis itu kemudian melapor ke Maldini dan berbagi keahliannya dengan komite teknis saat mereka melewati target potensial.
“Semua hal ini; visi yang jelas, strategi yang jelas, filosofi yang jelas yang didukung oleh proses yang kuat memberi kami kepercayaan diri dalam keputusan yang kami buat secara kolaboratif dan kolektif dengan Paolo Maldini sebagai titik acuan,” jelas Ivan Gazidis selaku direktur AC Milan.
(Tribunnews.com/Gigih)