Namun, kesulitannya adalah, Dybala adalah striker, tak jarang ia tidak membagi bola kepada Ronaldo dan memilih mengeksekusinya sendri.
Sedangkan Ronaldo, membutuhkan sosok nomor 9, tujuannya membuka ruang untuknya berkreasi atau melepaskan sepakan.
Baca juga: Kepingan Puzzle AC Milan Menyatu, Stefano Pioli Tunggu Kedatangan Dua Pendekar Baru Rossoneri
Ini yang menjadi masalah bagi Dybala dan Ronaldo, keduanya bak air dan api, sangat sulit menyatukan keduanya dalam skema.
Musim lalu, Juventus mengubah skema dengan 4-4-2, Pirlo menduetkan Morata dan Dejan Kulusevski.
Taktik ini sukses di Liga Italia, namun kesulitan di Liga Champions.
Kini, era Pirlo sudah selesai, dan Massimiliano Allegri masuk.
Seperti diketahui kontrak Ronaldo bersama Juventus akan segera habis, dan sejauh ini belum ada percakapan mengenai perpanjangan kontrak.
Selain itu, Dybala adalah anak emas Allegri, sejak lama, dan tentu, ada pembicaraan mengenai kembalinya Dybala di starting line-up.
Maka, tidak menutup kemungkinan Dybala akan kembali diandalkan Juventus sebagai pencetak gol utama dan mencadangkan Ronaldo.
Namun, tentu tidak mudah, gaji Ronaldo adalah yang tertinggi di Juventus, membangkucadangkannya tentu merupakan keputusan yang berani.
Keputusannya tergantung pada apa yang diinginkan Juventus.
Dybala berada pada tahap dalam kontraknya ketika klub bisa menghasilkan keuntungan besar untuknya, tetapi pasar tertekan oleh pandemi dan, selain itu, dia hampir satu dekade lebih muda dari Ronaldo dan bahagia di Turin.
Bukankah sudah waktunya untuk membangun di sekelilingnya? Sehebat apa pun pemain Portugal itu di Liga Italia, Juventus lebih sukses sebelum kedatangannya.
Dan terobosan yang dibuat klub dengan Allegri menimbulkan pertanyaan, Apakah kualitas Individu adalah harga mati dibanding kerjasama tim?
(Tribunnews.com/Gigih)