Karena koordinasi dan kemampuan taktisnya, timing sliding Nesta jarang salah waktu dan sering kali memungkinkannya tidak hanya mengambil bola, tetapi juga bisa mengembalikan kembali secara efisien kepada rekan satu timnya.
Ini dimiliki juga oleh Romagnoli, kemampuan takelnya adalah salah satu yang cukup cermat, tetapi perbedaan terbesar antara Nesta dan Romagnoli adalah caranya membaca permainan.
Romagnoli membutuhkan banyak pengalaman untuk memiliki kemampuan tersebut, berkaca dari musim lalu, ini adalah masalah utamanya di AC Milan.
Dalam laga derby menghadapi Inter Milan, ia salah mengantisipasi pergerakan Lukaku yang membuat sang penyerang memiliki peluang emas di depan gawang.
Ini adalah salah satu kutukan dari pemain belakang yang memiliki teknik tinggi, celahnya dalam membaca permainan selalu menjadi masalah.
Nesta mengalaminya ketika di Lazio, namun pengalamannya selama di Milan membuat sang pemain punya kemampuan ini.
Romagnoli memang menjadi sasaran kritik di lini belakang AC Milan musim lalu.
Pembacaan permainannya kerap keliru dan memaksa Kjaer melakukan beberapa pelanggaran.
Selain itu ia Romagnoli dipertanyakan mengenai kualitasnya sebagai kapten tim, dengan banyaknya sosok yang lebih layak.
Tetapi, ada alasan mengapa Fikayo Tomori didatangkan Milan musim ini.
Tomori dianggap sangat pas menjadi tandem Romagnoli dan bisa menutup celah permainan sang Kapten berusia 26 tahun ini.
Romagnoli punya banyak waktu untuk menunjukkan kualitasnya di AC Milan musim ini, sekaligus menjadi legenda seperti Nesta di lini belakang.
Tetapi, Romagnoli tetap harus mengembangkan permainannya di AC Milan, karena jika tidak, Stefano Pioli yang membangun tim dari belakang, tentu tidak segan mencadangkan Romagnoli.
(Tribunnews.com/Gigih)