Tetapi, Brahim Diaz siap dengan segala ekspektasinya.
"Ada sebuah kesempatan (mengenakan nomor 10), dan tentu saya akan menggunakannya,"
"Dalam sejarah AC Milan, pemain hebat selalu meggunakan nomor 10, saya tidak takut dengan tekanannya tetapi lebih ingin menyerap energinya," ujar Brahim Diaz dikutip dari Sky Sports.
Pemain kelahiran 1999 ini memang selalu dipenuhi dengan ekspektasi besar sejak awal bermain sepakbola.
Nama lengkapnya, Brahim Abdelkader Diaz, lahir dari ayah asal Maroko dan ibu asal Spanyol.
Brahim Diaz besar di Dos Hermanas, sebuah kota kumuh di pinggiran Malaga.
Impiannya, menjadi nomor 10 seperti idolanya Oliver Hutton atau Kapten Tsubasa, cita-cita yang diikuti talenta yang dimilikinya.
Klub pertamanya adalah Tiro Pichon, bakat alami dari Brahim Diaz membuatnya mendapatkan julukan el Messi malagueño, atau Messi dari Malaga.
Talentanya juga menjadi masalah, sejatinya ia ingin ke Real Madrid, ketika masih muda, tetapi wakil presiden klub Malaga, Abdullah Ghubn memintanya bermain di Andalusia.
Rumitnya, sang ayah, Abdelkader, sudah menandatangani perjanjian pra kontrak agar Brahim Diaz bisa bermain untuk La Masia milik Barcelona.
Pep Guardiola bahkan mengajak Xavi dan Iniesta untuk datang dan menyimak permainan Brahim Diaz, ketiganya setuju memboyongnya ke Barcelona.
Tetapi, akhirnya Ghubn menuntut Barcelona ke jalur hukum dan menyebut kontrak tersebut tidak sah.
Brahim Diaz akhirnya masuk ke akademi Malaga.
Hingga akhirnya 2013, Manuel Pellegrini mampu merayu Brahim Diaz untuk datang ke Manchester City.
Baca juga: Pierre Kalulu, Kedalaman Skuat AC Milan, Penemuan Moncada, Pengaruh Maldini & Pujian Theo Hernandez