Minimnya pelatihan menjadi wasit membuatnya mengambil jurusan administrasi bisnis di Kocaeli University, Istanbul.
Setelah kuliah, ia memutuskan untuk berkarier sebagai agen asuransi.
Jalan hidup Cuneyt berubah saat ayahnya, yang notabene bekas wasit terkenal Turki, Serdar Cakir, menawarkan kursus wasit.
Di luar itu, ia memang punya obsesi yang begitu tinggi di sepak bola.
“Ketika masih kecil, saya begitu terobsesi dengan sepak bola,” kata Cuneyt.
“Saya pikir menjadi wasit tak terlalu buruk. Saya belajar menjadi wasit profesional dari usia 17 tahun."
"Sejak saat itu, saya merasa bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan yang benar-benar saya inginkan.”
Ketegasan serta minimnya kontroversi membuat karier Cuneyt melonjak dalam waktu cepat.
Pada 2007, ia terpilih untuk mengikuti kepelatihan wasit papan atas UEFA yang dimentori oleh wasit senior asal Swedia, Karl-Erik Nilsson.
Wasit sepak bola ternyata lebih menarik dari apa yang dipikirkan oleh Cuneyt.
Pelan-pelan, namanya masuk ke jajaran wasit kompetisi elite Turki.
Laga Malatyaspor vs Caykur Rizespor yang digelar pada 29 September 2001 menjadi debut Cuneyt memimpin pertandingan.
Liga Europa 2009/10 menjadi kompetisi besar pertama yang dipimpin oleh Cuneyt.
Penampilan apik di fase grup membuatnya dipilih untuk menjadi wasit partai semifinal yang mempertemukan Fulham dan Hamburg.