Nama Cuneyt mencuat setelah itu. Hampir setiap tahun, ia selalu menjadi pengadil pertandingan-pertandingan prestisius.
Hingga saat ini, prestasi terbaik Cuneyt terjadi saat ia memimpin final Liga Champions 2015 yang mempertemukan Juventus dengan Barcelona.
Baca juga: Piala Sudirman 2021, Ini Calon Lawan Indonesia di Perempatfinal, Tunggal Putra-Putri Jadi Kelemahan
Beberapa kontroversi
Di balik sikap tegas di atas lapangan, ia juga punya beberapa kontroversi.
Di antaranya adalah gaya kepemimpinan yang berbeda di setiap kompetisi serta kecenderungannya untuk memberikan kartu merah bagi kesebelasan asal Inggris.
Tudingan soal kontroversi Cuneyt muncul saat ia mulai sering memimpin laga panas di SuperLig.
Seringnya Cuneyt mengeluarkan keputusan yang merugikan salah satu kesebelasan, seperti Besiktas, Fenerbahce, dan Galatasaray, membuatnya jadi bahan ocehan pendukung masing-masing.
“Banyak pendukung mereka (Besiktas, Fenerbahce, dan Galatasaray) yang tidak menyukai dia."
"Menurut mereka, Cuneyt cenderung berbeda ketika memimpin kompetisi lokal dan Eropa."
"Jika di Eropa ia begitu adil, tidak halnya ketika memimpin kompetisi lokal,” kata jurnalis Eurosport Turki, Efe Yilmaz.
Selain itu, Cuneyt dianggap memiliki kebencian terhadap kesebelasan asal Inggris. Dua kesebelasan asal Inggris, Manchester City dan Chelsea, serta Tim Nasional (Timnas) Inggris pernah merasakan dampak kontroversi yang ditimbulkan olehnya.
Pada 2011, Cakir memberikan kartu merah untuk pemain City, Mario Balotelli.
Setahun kemudian, giliran John Terry yang diusir langsung keluar lapangan setelah melanggar Alexis Sanchez di Liga Champions.
Kecenderungan Cuneyt untuk menghukum kesebelasan asal Inggris semakin terlihat saat ia memimpin laga Inggris vs Ukraina pada kualifikasi Piala Dunia 2014.
Keputusannya memberi Steven Gerrard kartu merah dianggap sebagai salah satu bentuk kebenciannya terhadap Inggris.
Cuneyt tak menganggap kritik yang datang sebagai sebuah permasalahan.
Menurutnya, hal tersebut adalah risiko dari keputusan untuk menjadi wasit pertandingan.
“Satu-satunya hal yang saya lakukan di atas lapangan adalah melakukan hal yang terbaik."
"Saya tak merasa melakukan pendekatan yang berbeda untuk setiap pertandingan."
"Sebagai wasit, Anda tak harus siap secara fisik dan teknik, tapi juga mental.” (oln/*/Aksan/Tribun Jabar)
Biodata Cüneyt Çakır
Lahir: 23 November 1976 (usia 44 tahun), Istanbul, Turki
Kebangsaan: Turki
Tinggi: 1,76 m
Pasangan: Gamze Çakır (m. 2005)
Pendidikan: Kocaeli University
Penghargaan: Milliyet Sports Namık Sevik Honorary Award, Milliyet Sports Award for Executive of the Year
Orang tua: Serdar Çakır, Vildan Çakır
Sebagian Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Sosok Cuneyt Cakir, Wasit asal Turki di Laga AC Milan vs Atletico, Dituduh Membenci Tim-tim Inggris