Asnawi dan Rahmat Irianto mengisi lini tengah untuk membangun serangan dari bawah.
Evan Dimas lebih dibutuhkan di fase akhir serangan dengan kemampuannya dalam mengirim umpan dan menciptakan peluang berbahaya.
Hasilnya pun ciamik, permainan Indonesia begitu cair dan efektif dalam membongkar pertahanan Taiwan.
Dilansir Lapanganbola.com, Indonesia berhasil mendapatkan ball possesion sebanyak 70% dan passing sejumlah 551 dengan akurasi 84%.
Timnas Garuda mampu menguasai jalannya pertandingan dari menit awal hingga akhir, keunggulan jumlah pemain timnas di lini tengah membuat para pemain Indonesia dapat leluasa mengurung pertahanan Taiwan.
Begitu juga untuk lini depan, dengan menempatkan Dedik Setiawan sebagai striker serta diapit oleh Egy Maulana Vikri dan Evan Dimas, Timnas Garuda bermain dengan keseimbangan dan sangat efisien.
Ketika kehilangan bola, Evan Dimas bakal turun untuk membuat Indonesia unggul jumlah di lini tengah, sementara ketika bertransisi dari bertahan ke menyerang, ia menjadi pusat serangan bersama Dedik Setiawan.
Dengan adanya Egy dan Dedik di sisi kanan dan tengah, Evan Dimas dengan mudah bisa mendistribusikan bola kepada kedua pemain yang pintar dalam mencari ruang untuk dapat dieksploitasi.
Munculnya Ricky Kambuaya dari lini kedua juga membuat serangan timnas begitu kaya, para pemain Taiwan dibuat kerepotan dalam menjaga kedalaman dan menjaga para pemain Garuda.
Gol kedua Indonesia adalah contohnya, Evan Dimas yang berhasil mengeksploitasi sisi kanan pertahanan Taiwan berhasil mengirimkan umpan ke dalam kotak penalti.
Para bek Taiwan yang terlalu fokus kepada Dedik dan Egy, dimanfaatkan oleh Ricky Kambuaya yang datang dari lini kedua.
Ricky yang berdiri bebas dan memiliki ruang tembak, berhasil melepas tendangan geledek yang sukses merobek jala gawang Taiwan yang dijaga oleh Shih Shinan.
Kredit juga patut diberikan untuk permainan sang gelandang bertahan, Rahmat Irianto.
Perannya begitu baik dalam hal mengatur tempo dan memutus serangan balik lawan.