Saat memakai skema 4-2-3-1, Al Sadd sering kali terlihat mengubah skemanya di tengah laga menjadi 4-1-4-1 dan saat mengalami kebuntuan, Al Sadd tampil lebih menyerang dengan skema 2-1-4-3, ia menarik bek kanan dan bek kiri ke depan sejajar dengan para gelandang.
Saat membangun serangan, seorang gelandang akan turun menjadi single pivot untuk mengalirkan bola dari belakang.
Single pivot tersebut juga ditugaskan untuk membantu 2 bek tengah dalam fase bertahan.
Dan pemain yang dipakai Xavi untuk memerankan posisi tersebut adalah Santi Cazorla, mantan pemain Arsenal itu jadi salah satu pemain kunci Xavi di lini tengah.
Pengalaman Cazorla di bermain di kancah eropa dimaksimalkan Xavi untuk bermain di segala posisi di tengah, terutama dalam urusan mengatur serangan.
Kontribusi gol pemain berusia 36 tahun itu juga mencolok, ia menjadi gelandang dengan sumbangan gol dan assist terbanyak di Liga Qatar.
Cazorla mencatatkan 13 gol dan 11 assist di musim lalu, namanya tercatat sebagai penyumbang gol terbanyak kedua di Al Sadd dibawah striker mereka, Baghdad Bounedjah.
Selain membangun serangan dari belakang dengan umpan dari kaki ke kaki, Al Sadd juga bermain dengan menjaga kelebaran.
Para winger akan tetap bermain melebar dibantu oleh bek kanan dan kiri yang ikut naik.
Tujuan dari taktik itu adalah untuk meregangkan garis pertahanan lawan sekaligus menciptakan wide overload di kedua sisi.
Dengan begitu, para pemain Al Sadd punya opsi switch play dalam skenario serangannya.
Tersebarnya para pemain Al Sadd di seluruh posisi depan membuat serangan Al Sadd sangat berbahaya.
XG komulatif Al Sadd di Liga Qatar musim lalu mencapai angka 42,32 dengan torehan 51 gol dari 22 pertandingan.
Mereka selalu mempunyai banyak opsi untuk menggetarkan jala gawang lawan. Baik itu dari sisi kanan-kiri maupun tengah.