Semua praktik tidak sportif ini, kata Akmal dilakukan demi meraih kemenangan.
"Yang dibangun pada perspektif pemain usia muda adalah mengejar kemenangan di setiap event yang diikuti. Ini kan problem," kata Akmal.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di Eropa.
Di Eropa, para pesepakbola di usia muda itu diberikan konsep berlatih fun football.
Mereka bermain dengan kesenangan, tapi teknik-teknik diperbaiki semuanya.
"Jadi dari dasar teknik-teknik bermain sepakbola itu sudah diberikan. Misal di Italia, Spanyol, Inggris, Jerman, itu sudah dari usia muda diberikan teknik-teknik yang benar dalam bermain sepakbola," tutur Akmal.
Akmal mencontohkan, baru-baru ini Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong pusing melihat kontrol bola dan passing kurang akurat yang ditampilkan para pemain tim nasional.
"Shin Tae-yong saja pusing melihat bagaimana buruknya kontrol bola pemain kita, passing pemain kita di tim nasional. Ini kan problem yang datang karena pembinaan di usia muda kurang baik," jelas Akmal.
Akmal bahkan menyebut kompetisi sepakbola dengan jenjang usia sporadis.
"Karena tidak diatur dengan baik, sehingga tidak menghasilkan output yang maksimal. Misalnya kategori usia, justru terjadi eksploitasi pada pemain," tutur dia.