Umpan jauh dan terobosan digunakan semaksimal mungkin dalam mengubah arah serangan memanfaatkan kecepatan para pemain depan untuk menciptakan peluang dengan ruang kosong yang dimiliki.
Di sini Tae-yong meninggalkan peran striker murni yang identik dengan postur jangkung, permainan fisik, dan sundulan yang mematikan menjadi permainan cepat yang energik, kreatif, dan efisien.
Contoh paling nyata dari peran striker yang disukai Tae-yong adalah tugas yang ia berikan kepada Kushedya Hari Yudo.
Yudo memainkan peran sebagai pemain yang berdiri di antara barisan gelandang dan barisan pertahanan lawan.
Ia juga bebas bergerak untuk mengisi lini kiri dan kanan Timnas Garuda.
Peran ini memberikan dua keuntungan bagi skema yang diusung oleh Shin Tae-yong.
Yang pertama, adanya Yudo di posisi tersebut membuat jarak antar lini Timnas Garuda tidak terlalu jauh, ia menjadi jembatan antara lini tengah dan depan Garuda.
Yang kedua, Yudo memberikan ruang bagi pemain sayap dan gelandang serang untuk merangsek masuk ke dalam kotak penalti lawan.
Itulah yang membuat peran pemain timnas yang muncul dari lini kedua begitu kelihatan, gol-gol Timnas Garuda sering tercipta lewat lini kedua yang diisi Evan Dimas, Rumakiek, ataupun Witan Sulaeman.
Meski belum mencetak gol, Yudo begitu diandalkan untuk memberi daya gedor dan membuka ruang untuk serangan timnas di sepertiga akhir.
Efisiensi Yudo membuat namanya selalu dipilih untuk masuk ke dalam skuat Indonesia pilihan Shin Tae-yong, skema yang diusuhnya cocok dengan atribut yang dimiliki oleh Yudo.
(Tribunnews.com/Deivor)