mengeluarkan biaya sepeserpun, mulai dari Joaquin Correa, Edin Dzeko, Denzel Dumfries hingga sang Judas milik AC Milan, Hakan Calhanoglu.
Keempat pemain yang didatangkan praktis merupakan cara Inzaghi menambal skuadnya.
Dzeko untuk menggantikan Lukaku dengan Correa sebagai deputi, Dumfries untuk menutupi hengkangnya Hakimi, dan Calhanoglu untuk mengganti Eriksen.
Selain nama-nama baru, pemain senior juga menajdi kerangka utama tim.
Marcelo Brozovic adalah pemain yang menjadi vital dari permainan Inter Milan, dengan krusialnya dalam transisi yang kini menjadi kunci bagi Inter Milan.
Tetapi, perbedaan terbesar adalah bagaimana Simone Inzaghi mengubah tip yang sangat kaku dan disiplin ala Conte menjadi sangat bebas dan cair.
"Inzaghi memberi kami kebebasan dan membuat kami mengingat, sepak bola adalah sebuah permainan," ujar Alessandro Bastoni di La Repubblica.
Baca juga: Target Persija: Finis 3 Besar Tahun Ini, Juara Liga Tahun Depan
Cara bermain ala SImone Inzaghi ini membuat Inter Milan selalu punya solusi dalam situasi apapun, termasuk di beberapa laga krusial seperti melawan Atalanta, Juventus hingga Napoli.
Inkonsistensi AC Milan, juga menjadi faktor utama, mengapa Inter Milan bisa duduk nyaman di peringkat pertama, seperti ketika Rosonerri tumbang dari Spezia di pertandingan terakhir.
Inter Milan kini nyaman dengan 50 poin dalam 20 laga, unggul 2 poin dari rival sekota, AC Milan di peringkat dua dan 9 poin dari Juventus di peirngkat ke-5.
Gelar Scudetto kedua beruntun adalah sesuatu yang sangat diimpikan oleh semua penggemar dan pemain Inter Milan dan bagi mereka, hanya 17 laga yang memisahkan dari mimpi tersebut.
(Tribunnews.com/Gigih)