Ia mampu menunjukkan performa apik ketika dimainkan, baik saat tampil starter ataupun datang dari bangku cadangan.
Secara permainan, Inzaghi mengusung play position dengan mengandalkan pergerakan pemain dan perpindahan bola dengan cepat dari kaki ke kaki.
Baca juga: Kebangkitan Arsenal di Liga Inggris: Kecerdasan Arteta, Magis Odegaard & Kans ke Liga Champions
Baca juga: Berlatar Belakang Yahudi, Bayern Munchen Dimiliki Suporter dan Status Raja Bundesliga
Itu yang menjadi perbadaan gaya permainannnya dengan Conte meski sama-sama menggunakan pakem dasar 3-5-2.
Conte lebih bermain secara direct dan pragmatis, ia mengedepankan umpan lambung yang menusuk mencari para wing back yang memiliki kecepatan.
Permainan yang diusung Inzaghi terbukti mampu membuat Inter Milan lebih sering melakukan passing di dalam kotak penalti.
Rata-rata umpan ke dalam kotak penalti Nerazzurri musim ini berada di angka 14.11 per pertandingannya.
Sedangkan di era Conte, Inter hanya mampu melakukan progresi umpan ke dalam kotak hanya berada di angka 11.23 per pertandingan.
Dari segi kolektivitas, Inzaghi juga mampu meberikan sentuhan yang apik.
Sudah ada 21 pemain berbeda Inter Milan yang mampu mencatatkan namanya di papan skor.
Bahkan, sang wing back, Ivan Perisic telah menciptkan 5 gol untuk Nerazzurri musim ini.
Inter tak terlalu bergantung pada 1 atau 2 pemain untuk mencetak gol.
Saat Dzeko atau Lautaro mengalami paceklik, peran lini kedua sering kali mampu menjadi pemecah kebuntuan.
Lalu di lini tengah, Inzaghi juga mampu mempertahankan permainan apik yang ditunjukkan Brozovic dan Barella musim lalu.
Kedua pemain tersebut tak kehilangannya sentuhannya meski Inzaghi menerapkan adaptasi yang berbeda dengan Antonio Conte.