Direct Points
- Dua tim kejutan berlaga di final Liga Europa
- Glasner tak menyangka bisa singkirkan West Ham, dan Barcelona
- Rangers 2 kali singkirkan tim Bundesliga untuk sampai ke final
TRIBUNNEWS.COM, SEVILLA- OLIVER Glasner masih seperti bermimpi timnya, Eintracht Frankfurt bisa berlaga di final Liga Europa kontra Glasgow Rangers di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan, Sevilla, Kamis (19/5) dini hari nanti.
Pelatih asal Austria berusia 47 tahun ini baru melatih tim berjuluk "Die Adler" pada musim panas lalu. Dan dia sebenarnya tak berharap terlalu banyak setelah performa buruk timnya di Bundesliga.
Klub yang bermarkas di Frankfurt, kota terbesar kelima di Jerman, hanya menempati urutan ke-11 di Bundesliga. Mereka gagal memenangkan satu pun dari delapan pertandingan terakhir di liga. Sebuah rapor yang sama sekali tak menjanjikan.
Namun, anehnya, Frankfurt seperti menjelma jadi tim lain yang jauh lebih perkasa saat mentas di Liga Europa. Tak tanggung-tanggung, mereka menyingkirkan dua favorit juara, Barcelona, dan West Ham dalam perjalanan ke final. Tim kuat dari Spanyol, Real Betis juga didepak oleh mereka di babak 16 besar.
Pasukan Die Adler didukung lebih dari 30 ribu fan ketika mengunjungi Spanyol untuk menghadapi Barcelona di babak perempat final. Dan mereka akan menikmati dukungan serupa di Sevilla.
"Dukungan mereka benar-benar menjadi amunisi tambahan bagi kami," kata Glasner.
Mereka akan bersaing dengan armada pendukung Glasgow Rangers, yang akan melakukan perjalanan dalam jumlah ribuan untuk mendukung tim mereka di final Eropa pertama mereka sejak 2008.
Glasner berharap pasukannya dapat menangani suasana di Stadion Ramón Sánchez Pizjuán, di mana lebih dari 43 ribu penonton akan mendukung klub masing-masing dengan militansi tinggi suara penuh.
Kepada berbagai media di Jerman, dia membicarakan sejumlah momen spesial yang membawa timnya ke final. "Saya pikir kami memiliki banyak momen spesial. Kami meraih kemenangan besar kami di Barcelona dan kami memenangkan kedua pertandingan melawan tim Liga Premier [Inggris]," katanya di Glasgowlive.
"Tapi momen paling spesial adalah final. Ketika kami memulai, saya tidak menyangka akhir dari perjalanan ini adalah final. Ini seperti mimpi. Saya sekarang berharap kami menuntaskan mimpi, dengan trofi jadi akhir perjalanan kami," katanya berharap.
Glasner berkilah, timnya kesulitan di Bundesliga karena banyaknya pemain, dan staf yang baru. "Butuh beberapa bulan untuk menemukan filosofi bermain yang sama. Pujian untuk para pemain, mereka bekerja keras di setiap pertandingan dan sesi latihan. Mereka sekarang mendapat hadiah final," ujarnya.
Kubu Rangers, pada sisi lain, juga punya keinginan mewujudkan mimpi yang sama. Mereka selama ini telah tertidur lelap. 50 tahun setelah memenangkan Piala Winners, dan 14 tahun sejak final Eropa terakhir, Rangers berusaha menuliskan sejarah baru dengan menjadi klub Skotlandia pertama yang memenangkan Liga Eropa UEFA.
Bos Rangers, Giovanni van Bronckhorst menyebutkan kemenangan mendebarkan atas RB Leipzig di semifinal dengan agregat 3-2 menjadi modal kepercayaan diri mereka.
"Mencapai final menciptakan perasaan yang selalu baik. Tetapi Anda akan memiliki perasaan yang lebih baik lagi jika bisa memenangkan final. Hanya itu yang harus kita lakukan," kata pelatih asal Belanda yang menggantikan Steven Gerrard yang hijrah ke Aston Villa ini.