Meski tak rajin mencetak gol, Havertz dan Pulisic yang sering mengisi peran false nine mampu membuka runag bagi James untuk bermain lebih menusuk.
Peran false nine yang sering bermain melebar dan menjemput bola ke tengah, membuat Reece James bebas untuk masuk ke kotak penalti tanpa bertabrakan dengan striker Chelsea.
Contoh paling nyata adalah di gol yang dicetak James saat melawan Norwich di Liga Inggris.
Mount yang menerima bola di tengah, langsung mengirimkan umpan terobosan kepada James yang berlari menuju kotak penalti dari sisi kanan penyerangan The Blues.
Havertz yang berdiri di luar kotak 16 memberi keluasaan bagi James untuk melakukan penetrasi dan merangsek ke dalam kotak penalti lawan.
Tak ketinggalan, wing back Chelsea lainnya yang berhasil menyumbangkan gol yaitu Chilwell.
Eks punggawa Leicester City tersebut juga mencetak gol dari dalam kotak penalti, dan beberapa kali bermain menusuk menggunakan kecepatan dan kepintarannya dalam mencari celah.
Aspek tersebut-lah yang membuat Tuchel tak terlalu memusingkan paceklik gol yang dialami striker satu trilliunnya, Romelu Lukaku.
Para pemain kreatif dan cepat dalam skuatnya dapat bermain lebih bebas dan mencolok karena fleksibilitas ruang di depan, jumlah gol James adalah buktinya.
Apalagi, hampir seluruh pemain Chelsea mampu mencetak gol, itu terbukti dari hitungan Transfermarkt yang mencatat ada 21 pemain The Blues yang mampu mencatatkan namanya di papan skor.
Skema Tuchel yang mengedepankan kolektivitas antar pemain memang membuat Chelsea tak bertumpu pada satu pemain untuk menjebol gawang lawan.
Kecerdasan dia menempatkan dua wing back-nya untuk lebih sering berada di kotak juga mampu membuat serangan Chelsea begitu rancak.
Kini, Reece James sudah menjadi incaran klub elite Eropa, Real Madrid.
Chelsea harus bergerak cepat untuk memagari sang pemain jika tak ingin kehilangan salah satu pemain muda terbaiknya.
(Tribunnews.com/Deivor)