"Siapa yang banyak membuat peluang mencetak gol? itu adalah Arema," tegas Eduardo.
"Ya kalau mau dibilang parkir bus silakan, itu menurut dia bukan menurut saya," ujar Eduardo soal keluhan Milo.
Saling serang antara pelatih top di Liga 1 di atas memang sering terjadi dunia, bahkan di kompetisi tertinggi seperti Liga Inggris.
Situasi yang setara dengan cekcok Almeida-Seslija di atas adalah ribut-ribut antara Juergen Klopp dan Antonio Conte.
Pada Premier League musim lalu, Tottenham Hotspur menjadi ganjalan Liverpool dalam memburu trofi yang hampir digenggam Manchester City.
Liverpool membutuhkan kemenangan di setiap laga, tetapi Tottenham sanggup menahan imbang 1-1 pada 7 Mei lalu.
Taktik Antonio Conte yang mengusung skema tiga bek menjadi hal yang dikritisi Klopp, yang lebih memilih permainan terbuka.
"Saya tidak suka sepak bola semacam ini, tapi itu (cuma) masalah bagi saya," ujar Juergen Klopp soal taktik Conte.
"Saya tidak bisa melatih (taktik seperti) itu," kata dia.
Antonio Conte kemudian membalas Klopp dengan menyebut pelatih asal Jerman itu hanya cari-cari alasan.
Conte kemudian kelak berhasil membawa Tottenham menembus empat besar dan memenangi tiket ke Liga Champions.
"Juergen adalah pria yang sangat cerdas, sangat pintar, (tapi) dia sedikit frustrasi setelah pertandingan," tutur Conte.
"Sangat penting bagi setiap pelatih untuk berfokus pada timnya sendiri, bukan pada tim musuh."
"Karena itu akan membuat Anda mencari alasan atau alibi karena pekerjaan Anda tidak berjalan semestinya, atau sesuatu menjadi salah," terangnya.
Jika Klopp akhirnya kalah dari Pep Guardiola dalam kejar-kejaran menuju trofi Premier League akibat dijegal Conte, belum diketahui bagaimana nasib Milomir Seslija di ujung Piala Presiden 2022. (Najmul Ula/BolaNas)