Salah satu media lokal yang paling gencar menuntut federasi untuk meniru sepak bola Jepang adalah Siam Sports.
"Kalau bisa juara ketiga sekalipun, hasil itu belum bisa dibilang sukses buat Thailand U19, karena target tim paling tidak sampai final," tulis Siam Sports.
"Para pemain ini akan bermain di tim U21, senior, tetapi penampilan terakhir mereka tidak meninggalkan banyak kesan,"
"Dulu kami mencoba meniru langkah sepak bola Jepang, tapi bedanya kalau Jepang U23 sering menggunakan pemain inti U21,"
"Kemudian tim U21 banyak memberikan kesempatan kepada pemain U19, itu yang akhirnya membuat pemain muda punya lebih banyak peluang untuk bermain," tambahnya.
Hal itu terlihat berbeda dengan mayoritas tim sepak bola Asia Tenggara yang lebih suka memainkan pemain dengan menyesuaikan usia turnamennya, tak terkecuali Thailand.
Kegagalan Thailand U19 meraih prestasi terbaik juga dianggap karena penundaan turnamen usia muda lantaran Covid-19.
Alhasil kegagalan Thailand U19 dianggap membuat generasi pemainnya tidak banyak mengalami kemajuan.
Untuk itulah media lokal Thailand tersebut seakan merasa khawatir dengan perkembangan sepak bola negerinya pada masa-masa mendatang.
"Thailand hampir tidak punya ruang untuk pemain U19, apalagi situasi pandemi membuat turnamen pemain muda ditunda," lanjut Siam Sport.
"Ditambah banyak alasan lainnya yang membuat generasi sepak bola Thailand U19 yang saat ini tak terlalu banyak berkembang maju,"
"Haruskah sepak bola Thailand mengikuti cara Jepang dengan resiko mengabaikan turnamen Asia Tenggara demi Asia dan Dunia, itu tergantung visi dan keputusan federasi sepak bola Thailand," tukasnya.
Menarik memang untuk melihat bagaimana respons federasi sepak bola Thailand setelah kegagalan tim mudanya meraih gelar sama sekali dari ajang Piala AFF U19 2022.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)