Salah satu pemandu bakat Udinese bernama Manuel Grenolin pernah sengaja dikirimkan pihak klub ke Brasil untuk mencari talenta-talenta lokal di sana.
Grenolin pun sampai melakukan blusukan hingga ke pesisir pantai dan kampung-kampung dimana banyak bakat terpendam di sana.
Akhirnya, ia berhasil menemukan satu anak berbakat dengan nama Felipe, ia pun langsung membawa Felipe terbang ke Italia bersama dengan orang tuanya.
Felipe pun berhasil menjadi pemain andalan di Udinese dengan telah melakoni laga sebanyak 379 penampilan.
Selain itu, Jauh sebelum klub lain mengandalkan video scout, Udinese sudah lebih dulu memakainya.
Kini, mereka juga mengkombinasikan jaringan scout mereka yang luas dan berdedikasi dengan platform teknologi seperti Wyscout dan Instat untuk memantau calon rekrutan mereka.
Salah satu hasil nyata dari sistem tersebut adalah Alexis Sanchez. Bakat Sanchez ditemukan oleh Gino Pozzo, yang sekarang telah menjadi pemilik klub Inggris, Watford.
Kala itu, Sanchez masih membela klub lokal Cobreloa, di Argentina dan berposisi sebagai striker.
"Sanchez ia sangat kecil, badannya juga sangat kurus, tetapi ia punya talenta yang luar biasa, kemampuan dribel dan imajinasi bermain dia luar biasa," kata Gino dilansir Gentemanultra.
Sanchez pun dibeli Udinese dengan harga 3 juta euro atau sekitar Rp 50 miliar pada 2006 silam. Sanchez tak langsung diterbangkan ke Italia untuk memperkuat tim.
Udinese meminjamkannya terlebih dahulu ke klub besar di Chile, Colo Colo. Setahun kemudian meminjamkannya lagi ke River Plate.
Tujuannya agar kekuatan dan skill Sanchez dapat terasah dan siap bermain di kerasnya Liga Italia.
Sanchez kemudian resmi berseragam Udinese mulai musim 2008, performanya menonjol dan menjadi sorotan tim-tim besar Eropa.
Selama 3 musim, Sanchez mencatatkan 112 pertandingan dengan torehan 21 gol dan 20 assist di semua ajang sebelum dilepas Udinese ke Barcelona pada tahun 2011 dengan harga 26 juta euro atau sekiar Rp 450 miliar.