“Begitu banyak yang ingin saya lakukan, tetapi posisi Presiden Arema FC adalah posisi kehormatan yang tidak memiliki legal standing. Posisi ini diberikan kepada saya oleh PT AABBI, pemilik Arema FC, karena perusahaan saya masuk sebagai salah satu sponsor dan investor kecil," kata Gilang.
"Saya tidak ada di dalam daftar eksekutif perusahaan sehingga kewenangan saya sangat terbatas. Yang saya lakukan selama ini adalah meningkatkan kualitas pemain dan pelatih, memberikan fasilitas terbaik supaya mereka bisa berlatih dengan nyaman, serta memastikan gaji mereka terpenuhi dengan baik,” tambahnya.
Baca juga: Pemeriksaan Polisi ke Ketua Umum PSSI dan Wakil, Iwan Bule Irit Bicara, Iwan Budianto Ditanyai 5 Jam
Tanggung Jawab Soal Tragedi Kanjuruhan
Juragan 99 menjelaskan alasan lain mengapa dia memilih untuk undur diri sebagai presiden Arema FC.
"Sebelumnya, saya bangga bisa menjadi bagian Arema Malang, menjadi keluarga dari Aremania. Saya selalu memberikan yang terbaik kepada tim yang saya cintai ini," ungkap Gilang Widya Pramana.
"Namun per hari ini membuat keputusan berat di mana saya menyatakan mundur dari presiden Arema FC," jelas Juragan 99.
Juragan 99 mengaku bangga sejak di tangannya Arema FC merengkuh prestasi lewat menjuarai Piala Presiden.
Itu menjadi gelar pertama di tahun awal Juragan 99 menjadi presiden Singo Edan.
Lebih lanjut, dalam sesi jumpa pers ini bersama awak media, Gilang Widya disinggung alasannya akhirnya memilih mundur dari posisi presiden klub.
"Tidak ada tekanan dari pihak manapun di balik alasan saya undur diri," tegas Gilang Widya.
"Itu murni karena tanggung jawab moral saya, juga saya merasakan kesedihan, traumatis. Oleh karena itu, saya merasa bertanggung jawab," tambah Juragan 99.
Di mata Gilang, presiden Arema FC merupakan posisi yang 'sakral'.
Dia merasa terhormat mendapatkan kepercayaan sebagai presiden klub meski dirinya 'sebatas' investor saja.
"Posisi ini adalah kehormatan saya selaku investor. Oleh owner dan dewan direksi saya diberikan jabatan ini," sambung Juragan 99.