Satu hal yang membedakan, Witan sempat mencoba kompetisi profesional dengan bergabung klub kasta kedua, PSIM Yogyakarta, sebelum berusia 18 tahun.
Egy Maulana Vikri saat menerima penghargaan goal of the month Liga Slovakia, Sabtu (18/12/2021).
Pengalaman di Liga 2 tersebut terbukti tak cukup untuk menyiapkan teknik, fisik, dan mental Witan, terbukti dengan minimnya menit main di Liga Serbia.
Pijakan berbeda diambil Bagus Kahfi, yang sudah terikat kontrak profesional dengan klub Liga 1 Barito Putera, tetapi dapat hijrah ke Eropa karena Garuda Select.
Setelah musim top scorer di Garuda Select, ia dibantu Dennis Wise untuk mencoba peruntungan di Jong FC Utrecht.
Sayangnya bertanding dalam laga uji coba dengan tim junior klub-klub Inggris tak membuat Bagus diperhitungkan di Jong FC Utrecht, diperparah dengan kondisinya yang rawan cedera.
Perlu digarisbawahi bahwa tiga pemain di atas masih merumput di Eropa (kecuali Egy yang tanpa klub, tetapi kemungkinan bertahan di Eropa), sehingga terlalu dini untuk menyimpulkan mereka adalah pemain gagal.
Kini melihat Marselino, ia bisa dibilang menjadi pemain Indonesia pertama yang direkrut klub Eropa berdasarkan performa di level klub di Liga 1.
Tentu saja berkat performa di level klub itu dapat menjadi andalan di timnas Indonesia U-20 dan senior berkat kepercayaan Shin Tae-yong.
Per hari ini, Marselino sudah mengantongi pengalaman 1,5 musim di Liga 1, dengan capaian tujuh gol dan sembilan assist dalam 29 pertandingan.
Dengan demikian, Marselino sudah dilatih dengan aura kompetitif pekan demi pekan dalam kompetisi penuh oleh Persebaya, sesuatu yang tak didapatkan para seniornya.
Bola kini berada di kaki Marselino, apakah ia mampu mengatasi semua tekanan jauh dari keluarga di Eropa sana...
(Najmul Ula/Nungki Nugroho/BolaNas)