Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alfarizy AF
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Thomas Doll tampaknya sudah tak asing lagi di kancah sepak bola Indonesia.
Pelatih asal Jerman yang kini menukangi Persija Jakarta itu telah melanglang buana sejak saat berkarier menjadi pesepakbola.
Ketika menjadi pemain sepak bola, Thomas Doll, bisa dikatakan memiliki karier yang cukup baik di eranya.
Terbukti, Thomas Doll sempat membela Timnas Jerman setidaknya dalam tujuh tahun, pada kurun waktu 1986 - 1993.
Namun, di balik cerita manisnya itu, rupanya ada beberapa kejadian pahit yang harus dilewati oleh pria kelahiran Malchin itu.
Thomas muda sempat merasakan titik ketika dia direndahkan dalam suatu pertandingan penting.
"Saat saya berusia 19 tahun, saya kembali ke klub lama saya, tapi ketika di stadion semua menyoraki saya, semua meneriakkan kata-kata yang tidak baik," ujar Thomas Doll dalam wawancara bersama Persija Jakarta.
"Karena saya berasal dari kota yang 17 km jaraknya dari Rostock, seisi stadion meneriaki saya, tapi saya berhasil bermain baik bahkan saya bisa mencetak gol kedua di laga tersebut," jelasnya.
Menurut Thomas Doll, bermain dengan baik lah satu-satunya jawaban untuk membungkam orang-orang yang meragukannya.
"Setelah itu tidak ada yang meneriaki saya lagi, karena pada saat itu semua penonton terdiam dan itu lah jawaban saya," ucap Thomas.
Kendati demikian, Thomas Doll tetap mengakui bahwa pasti ada suatu fase dimana seorang pemain berada di titik terbawah, tak lain dirinya sendiri.
"Saya juga bisa bermain jelek dan tidak sesuai karakter saya, jadi memang ini pelajaran penting bagi saya. Sisanya, banyak lagi tentunya, mau itu yang baik atau buruk, hingga momen saat cedera," kata Thomas.
Thomas Doll pun sempat mengalami hal yang sangat ditakuti oleh para pesepakbola, yaitu cedera.