News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Militer Israel Sebar Hoak Sebelum Menyerang Rumah Sakit di Gaza Palestina

Penulis: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Postingan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di X (Twitter) yang mengatakan mereka menemukan daftar nama anggota Hamas yang bergiliran menjaga sandera di ruang bawah tanah rumah sakit Rantisi di Jalur Gaza. Ternyata, 'daftar nama berbahasa Arab' tersebut adalah nama-nama hari dalam seminggu.

Militer Israel Sebar Hoak Sebelum Menyerang Beberapa Rumah Sakit di Gaza

TRIBUNNEWS.COM- Militer Israel melakukan berbagai cara untuk melegalkan penyerangan beberapa rumah sakit di Gaza.

Di antaranya yang dilakukan adalah membuat berita-berita hoax yang disebar. Tujuannya, tentara Israel ingin menghancurkan rumah sakit-rumah sakit di Gaza tersebut.

Hoax dan video bohong pun diproduksi, termasuk sebuah video tentara Israel yang menurutnya sedang menunjukkan daftar nama tentara Hamas dengan tulisan Arab di sebuah ruangan di bawah tanah rumah sakit Al Shifa.

Video tersebut telah beredar, namun setelah dibaca lebih detail, terlihat jelas bahwa itu bukan nama-nama pejuang Hamas tetapi nama-nama hari yang ditulis dalam Bahasa Arab.

Itu adalah salah satu hoax yang terang benderang yang dibuat IDF, tujuan utamanya adalah untuk membenarkan mereka untuk menyerang rumah sakit-rumah sakit di Gaza.

Sebar Narasi sebelum Menghancurkan Rumah Sakit

Rumah Sakit Al Shifa menjadi fokus narasi yang saling bertentangan. Pertempuran telah mencapai gerbang Rumah Sakit Al Shifa di Gaza.

Pasukan darat Israel hampir sepenuhnya mengepung gedung-gedung medis rumah sakit yang oleh tentara Israel dikatakan berada di atas markas bawah tanah pejuang Hamas di Kota Gaza.

Dilansir dari AFP,  paramedis di rumah sakit membantah klaim tersebut dan mengatakan pasukan Israel telah menjebak pasien dan warga sipil di dalam rumah sakit dalam kondisi pertempuran.

Rumah Sakit Al Shifa telah menjadi titik fokus perang di Gaza sebagai simbol penderitaan warga sipil dan narasi yang saling bertentangan dari Israel dan Hamas.

Inti dari klaim yang bersaing mengenai rumah sakit tersebut adalah tuduhan Israel bahwa Al Shifa berada di atas jaringan terowongan luas yang menampung markas besar kelompok militan Islam di Gaza.

Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari mengklaim Israel memiliki “bukti nyata” bahwa rumah sakit tersebut digunakan untuk menyembunyikan anggota Hamas.

Mereka menuding Rumah sakit Al Shifa digunakan oleh organisasi Hamas sebagai markas besarnya.

Mereka menuduh Hamas memiliki beberapa kompleks bawah tanah di bawah rumah sakit yang dapat diakses melalui beberapa terowongan dan pintu masuk di salah satu bangsal, katanya.

Tentu saja, staf rumah sakit di Al Shifa membantah tuduhan Israel dan mereka paramedis menyerukan penyelidikan independen atas klaim tersebut.

Pasukan Israel tampaknya hampir seluruhnya mengepung kompleks Rumah sakit Al Shifa, yang terletak di Kota Gaza, di mana sebanyak 3.000 pasien dan staf berlindung di dalamnya tanpa bahan bakar, air atau makanan yang memadai, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan-badan PBB.

Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya menyediakan koridor yang aman bagi orang-orang di dalam rumah sakit untuk bergerak keluar ke selatan. Direktur rumah sakit Al Shifa, Mohammed Abu Salmiya mengatakan kepada FRANCE 24 pada hari Senin bahwa klaim IDF adalah kebohongan.

Para pejabat kesehatan Palestina yang berada di dalam rumah sakit tersebut mengatakan bahwa kompleks rumah sakit tersebut terus-menerus dikepung oleh tembakan senjata berat.

Yocheved Lifshitz, seorang wanita berusia 85 tahun yang disandera oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober, mengatakan kepada wartawan setelah dia dibebaskan bahwa, ketika ditangkap, dia telah berjalan berkilo-kilometer melalui terowongan di Gaza yang seperti “jaring laba-laba”.

“Sangat masuk akal untuk percaya bahwa Hamas mungkin memiliki gudang senjata dan mereka mungkin memiliki akses terowongan di bawahnya,” kata Dr Marina Miron, peneliti di Departemen Studi Perang di King’s College London dikutip dari AFP. “Namun, untuk menunjukkan hal itu akan sangat sulit.”

Bukti hanya berdasarkan dugaan yang diberikan Israel sejauh ini tidaklah cukup, tambah Miron. “Kami telah melihat sebelumnya, bahwa bukti seperti itu dapat dipalsukan.”

Meski begitu, Israel menambahkan klaimnya dalam sebuah artikel di New York Times yang diterbitkan hari Senin, di mana delapan pejabat pertahanan dan intelijen Israel menjelaskan rincian lebih lanjut tentang pusat bawah tanah di bawah rumah sakit yang dapat menampung setidaknya beberapa ratus orang.

Kompleks tersebut sebagian bergantung pada listrik yang dialihkan dari Rumah Sakit Al Shifa, kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Pejabat Amerika yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kepada New York Times bahwa mereka “yakin” Hamas menggunakan jaringan terowongan di bawah Al Shifa sebagai markas operasi dan penyimpanan senjata.

Verifikasi Independen

Namun The New York Times menyimpulkan bahwa foto-foto yang diperlihatkan sebagai bukti pintu masuk terowongan dekat Rumah Sakit Al Shifa tidak dapat dibuktikan.

“Sangat, sangat sulit untuk memverifikasi narasi yang disampaikan oleh Israel ketika mereka tidak mengizinkan jurnalis independen memasuki Gaza untuk memberikan kesaksian langsung tentang apa yang sebenarnya terjadi di lapangan,” kata Clive Jones. , Profesor Keamanan Regional Universitas Durham.

“Kecuali kedua belah pihak siap membiarkan pengamat independen masuk dan memverifikasi klaim satu sama lain, maka yang kita miliki hanyalah narasi dan kontra-narasi,” tambahnya.

Sejauh ini hanya Hamas yang mengatakan pihaknya siap dan akan menyambut baik penyelidikan semacam itu, yang memerlukan jaminan akses yang aman bagi tim ahli independen serta analisis panjang terhadap berbagai sumber data seperti rekaman, peta, dan citra satelit.

Dalam kondisi saat ini, penyelidikan seperti itu sangat kecil kemungkinannya.

Hal ini akan menguntungkan Hamas, menurut Miron. “Bagi mereka, menggambarkan [narasi] sebagai kekejaman Israel yang menargetkan rumah sakit adalah hal yang bermanfaat.”

Menekankan krisis kemanusiaan di rumah sakit telah memperkuat seruan internasional untuk gencatan senjata yang, bagi Hamas, kemungkinan besar berarti peluang untuk “berkumpul kembali, memulihkan diri”, kata Miron.

Hukum Internasional: Rumah Sakit Harus Dilindungi

Berdasarkan hukum internasional, rumah sakit berhak mendapatkan perlindungan selama konflik.

Namun dapat menjadi sasaran yang sah dalam kondisi tertentu, misalnya jika digunakan untuk tujuan militer.

Atas dasar inilah pasukan Israel menyerang sasaran di dekat dan mungkin di dalam rumah sakit Gaza dan memasuki gedung medis, sehingga memicu kekhawatiran internasional.

Pengamat tetap PBB untuk Palestina mengatakan pada 10 November bahwa rumah sakit di wilayah tersebut telah menjadi “target utama” serangan Israel.

Di tengah hampir tidak mungkinnya memasukkan pasokan kemanusiaan ke wilayah tersebut, Doctors Without Borders (Médecins sans Frontières atau MSF) memperingatkan bahaya yang sedang dihadapi rumah sakit-rumah sakit di Gaza dan juga warga sipil di Gaza yang disebabkan oleh dukungan terhadap retorika Israel.

Langkah selanjutnya bagi pasukan Israel, yang saat ini berada di luar kompleks rumah sakit, adalah mencoba memasuki rumah sakit dan dugaan jaringan terowongan di bawahnya, Miron memperkirakan, meskipun hal tersebut mempunyai risiko tersendiri bagi Israel.

Israel memiliki beban pembuktian untuk menunjukkan bahwa mereka tidak melanggar hukum kemanusiaan internasional.

Satu langkah yang salah atau satu video dari Hamas yang menunjukkan tentara Israel menembak ke  dalam area rumah sakit akan sangat merugikan Israel sendiri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini