Rupanya lemparan maut Pratama Arhan itu juga menjadi perhatian tersendiri bagi media Korea Selatan, YTN.
Dalam wawancaranya, jurnalis YTN, Kim Dong-min meminta Korea Selatan untuk mewaspadai lemparan maut Arhan.
"Lemparan jauh ke dalam milim Pratama Arhan merupakan salah satu taktik bola mati Indonesia yang perlu diwaspadai Korea Selatan," ucap Kim Dong-min dikutip dari media Korea Selatan, YTN.
"Meski Australia yang awalnya dianggap sebagai kandidat melaju ke perempatfinal bersama Qatar, namun mereka gagal mencetak gol penalti ke gawang Indonesia."
"Namun terlihat jelas bahwa Indonesia punya kemampuan melaju ke perempatfinal dengan performa berbeda dari sebelumnya."
Selain soal lemparan maut Arhan, media Korea Selatan itu juga mewaspadai sosok Shin Tae-yong.
Apalagi, Shin Tae-yong pernah melatih Timnas Korea Selatan mulai dari U20, U23, dan Senior.
"Pelatih Shin Tae-yong muncul sebagai pahlawan sepak bola di Indonesia," kata Kim Dong-min dalam artikel YTN.
"Kekuatan yang ditunjukkan di babak penyisihan grup juga mengesankan."
"Sepak bola dimainkan oleh para pemain, tetapi pelatih Shin Tae-yong juga mengenal negara kita dengan baik."
"Indonesia menunjukkan performa yang bagus. Menurut saya mereka adalah tim yang bisa menang jika waspada dan bersiap," tutupnya.
Ajang Balas Dendam Shin Tae-yong
Laga melawan Korea Selatan ini dapat dijadikan Shin Tae-yong sebagai ajang balas dendam.
Sebab, ia pernah mengalami kisah pahit saat menukangi Timnas Korea Selatan Senior tahun 2018 silam.
Kala itu, Shin Tae-yong dilempar telur oleh Masyarakat Korea Selatan usai gagal membawa Son Heung-min gagal lolos babak penyisihan grup Piala Dunia 2018.