Laporan itu muncul setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump memperpanjang larangan perdagangan dan melarang akses teknologi AS ke Huawei dan lebih dari 70 perusahaan lainnya asal China.
Hal ini karena adanya kekhawatiran terhadap keamanan nasional AS.
Ketua Komisi Komunikasi Federal AS Ajit Pai juga menyatakan bahwa Huawei dan ZTE merupakan ancaman bagi keamanan nasional AS, karena diduga memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis China dan militernya.
Namun ia tidak memberikan bukti atau rincian lebih lanjut terkait tudingan ini.
Baik Huawei maupun pemerintah China, telah berulang kali membantah tuduhan yang menyebut mereka akan menimbulkan risiko keamanan bagi kliennya.
Sejumlah perusahaan asal China pun telah mulai melepaskan ketergantungannya pada teknologi AS.
Ini dilakukan setelah pembuat chip Shanghai Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) mulai memproduksi prosesor Kirin 710 secara massal karena kebijakan pembatasan perdagangan AS.
SMIC juga mengumumkan rencana perusahaan untuk secara terbuka berdagang di Dewan Inovasi Sains dan Teknologi, melalui penawaran awal sebesar 7,5 miliar dolar AS.
Selain itu juga SMIC akan mencoba peruntungannya dalam penjualan saham terbesar selama beberapa dekade secara global, di tengah peningkatan besar dalam bidang investasi teknologi China.
Menurut pejabat Huawei, hingga saat ini, pihak berwenang AS pun belum memberikan bukti terkait klaim tudingan mereka.