Permakaman keranat pertama yang dia singgahi adalah Luar Batang, kawasan Pasar Ikan, Jakarta Utara.
Go Tik Swan menyusuri Jalan Raya Pos ke arah timur, yang baginya ibarat perjalanan spiritual.
Persinggahan berikutnya adalah rumah batik Haji Madmil di Cirebon, juga semalaman di makam keramat Sunan Gunung Jati.
Kota-kota yang dia singgahi berikutnya adalah rumah-rumah batik di Pekalongan dan Masjid Agung Demak, Jawa Tengah.
Malamnya, dia berziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.
Persinggahan berikutnya adalah klenteng dan masjid di Tuban, Jawa Timur.
Dia menyempatkan berziarah di makam Ki Ageng Tambakbaya atau Sunan Bonang.
Bertolak dari kota pelabuhan itu dia menuju makam leluhurnya, Sunan Bayat di Klaten, Jawa Tengah.
Namun perjalanan ini belum membuahkan gagasan ‘Batik Indonesia’.
Kemudian, Go Tik Swan bertolak dari Jakarta menuju Campuhan, Ubud, Bali.
Dia bermalam di bekas rumah seniman Jerman yang sohor sebelum Perang Dunia Kedua, Walter Spies.
Di teras rumah itulah dia mendapatkan pencerahan.
Laksana kisah turunnya wahyu kerajaan, Go Tik Swan menganggap cahaya bulan yang masuk ke tubuhnya itulah yang menelurkan filosofi 'Batik Indonesia.'
Sepulangnya ke Surakarta, Go Tik Swan menggoreskan gambar-gambar desain di kain putih.