Ini dilakukan untuk menghindari gangguan operasional terhadap penumpang udara, pengirim, rantai pasokan, dan pengiriman pasokan medis yang dibutuhkan.
Ketakutan ini awalnya dipicu oleh fakta bahwa internet 5G berkecepatan tinggi menggunakan frekuensi C-band yang serupa dengan yang digunakan oleh pesawat untuk mengukur ketinggiannya.
Sebelumnya, maskapai internasional seperti Air India, Emirates, ANA, dan Japan Airlines telah membatalkan beberapa penerbangan ke AS karena masalah teknologi 5G.
"Atas kebijaksanaan kami sendiri, kami secara sukarela setuju untuk menunda sementara menyalakan sejumlah menara di sekitar landasan pacu bandara tertentu karena kami terus bekerja dengan industri penerbangan dan FAA untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang penyebaran 5G kami," sebut AT&T dalam sebuah pernyataan pada Selasa lalu.
Begitu pula dengan Verizon yang menggemakan pendirian yang sama, meskipun mereka meyakini bahwa 5G tidak akan mengganggu aktivitas penerbangan.
"Kami telah secara sukarela memutuskan untuk membatasi jaringan 5G kami di sekitar bandara. FAA dan maskapai penerbangan negara kami belum dapat sepenuhnya memutuskan untuk menavigasi 5G di sekitar bandara (AS), meskipun aman dan sepenuhnya aman dalam beroperasi di lebih dari 40 negara lain," jelas Verizon.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden memuji langkah raksasa penyedia ponsel itu.
"Ini untuk menghindari 'gangguan yang berbahaya terhadap perjalanan penumpang, operasi kargo, dan pemulihan ekonomi kami, sementara memungkinkan lebih dari 90 persen penyebaran menara nirkabel terjadi sesuai jadwal," kata Biden.
Sebelumnya, AT&T dan Verizon mengumumkan bahwa mereka menunda pengenalan jaringan 5G mereka di dekat beberapa bandara AS 'atas kebijaksanaan perusahaan' sebagai pengakuan terkait kekhawatiran maskapai penerbangan mengenai keselamatan penerbangan dan adopsi teknologi baru.