News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Awas, Sektor-sektor Usaha Ini Sedang Diincar Penjahat Siber, Ini 6 Rekomendasi untuk Mencegahnya

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hendra Lesmana, CEO NTT Ltd. di Indonesia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chief Executive Officer (CEO) NTT Ltd. di Indonesia Hendra Lesmana mengatakan, sepanjang 2021 kemarin penjahat dunia maya melanjutkan serangan mereka terhadap sistem TI di seluruh dunia.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, serangan tersebut menunjukkan tren yang terus meningkat dilihat dari sisi dampak dan visibilitasnya. Dia mengatakan, menjamurnya IoT, ekonomi RaaS, risiko serangan siber akan terus berlanjut.

”Di NTT, kami mengamati beberapa tren serangan siber tertentu pada tahun 2021," ujarnya dalam wawancara virtual dengan Tribunnews, Rabu (26/1/2022).

Diantaranya, serangan siber secara langsung berdampak pada ruang fisik. Beberapa serangan, banyak di antaranya dari kelompok ransomware, yang mengakibatkan gangguan besar pada organisasi, selain mematikan sistem TI mereka.

Hendra menekankan, organisasi di semua sektor perlu memperhatikan aspek cyber security ini karena faktanya semua sektor sudah menyediakan layanan online yang tentu saja rentan terhadap serangan siber setiap saat.

"Hampir semua sektor industri penting untuk melindungi diri dari serangan siber ini. Tapi dari amatan kita ada sektor-sektor industri yang intens diserang, seperti sektor finansial, pendidikan seperti sekolah-sekolah yang tim IT-nya lemah, kemudian sektor kesehatan," ujarnya.

Baca juga: Ancaman Serangan Hantu Siber Bikin Influencer dan Youtuber Kripto Was-was

Hendra menjabarkan, serangan di sektor kesehatan, umumnya mengincar data seperti electronic medical record. "Itu data yang sangat pribadi sifatnya, melebihi KTP kita," ungkap Hendra.

Hasil-hasil riset dan penelitian di sektor kesehatan juga diincar. Dia mengatakan, sebelum terjadi pandemi Covid-19 perusahaan di sektor kesehatan belum pernah memproduksi vaksin dalam jumlah miliaran dosis.

Baca juga: OJK: Industri Keuangan Paling Banyak Mendapatkan Serangan Siber

"Para penjahat siber menyerang ini sampai ke sistem supply chain-nya," Hendra mengingatkan.

Hendra menambahkan, sebagai perusahaan cyber security yang banyak menangani klien global dan lokal, perusahaannya secara berkala mempublikasikan data kerugian yang dialami organisasi akibat serangan siber ini.

"Kami bisa mengidentifikasi arah dan asal serangan, ini yang paling susah diidentifikasi adalah asal aktornya. Mereka pintar sekali. Kalau ada perangkat-perangkat yang gampang dikompromikan, mereka gunakan," bebernya.

Baca juga: Enam Juta Data Pasien Rumah Sakit Diduga Bocor, Ini Kata Pakar Keamanan Siber

Mereka, para penjahat dunia maya ini juga pintar memanipulasi asal serangan. "Kita pernah take down bot serangan yang sangat mengganggu, dengan bekerja sama dengan Microsoft.
Tapi tak ditampik ada negara-negara tertentu yang mensponsori serangan siber ini, seperti Korea Utara yang disebut mensponsori serangan siber pencurian bitcoin," ungkap Hendra. 

Transformasi Sedikit Terlambat

Hendra menilai, keceepatan institusti dan lembaga di Indonesia dalam bertrasformasi dalam mengantisipasi ancaman serangan siber memang sedikit terlambat dibandingkan negara lain.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini