News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rantai Pasok Masih Jadi Momok Penjualan Serta Produksi Apple

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto yang diambil pada 14 September 2021, memperlihatkan logo Apple di pintu masuk toko Apple di Washington, DC.

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK -- Ketidakpastian ekonomi masih membayangi prspek bisnis pabrikan asal Amerika Serikat, Apple di tahun ini.

Keterbatasan rantai pasokan akibat Covid-12 menjadi salah satu penyebabnya.

Gara-gara rantai pasok ini menghambat penjualan serta produksi perusahaan.

Apple memperkirakan kendala pasokan akan menelan biaya us$ 4 miliar hingga US$ 8 miliar sehingga menekan pendapatan selama kuartal saat ini.

Ini menjadi peringatan bagi perusahaan yang membuat saham jatuh dan merusak hasil rekor yang baru saja dilaporkan perusahaan.

Baca juga: Keuntungan Samsung Melonjak 50 Persen Berkat Penjualan Chip

CEO Apple Tim Cook menyebut, kekurangan chip dan perang Ukraina - Rusia juga menyebabkan gangguan rantai pasokan.

“Kami tidak kebal terhadap tantangan ini, tetapi kami memiliki kepercayaan diri yang besar pada tim kami, dan produk serta layanan kami dan pada strategi kami,” kata Cook dikutip dari Bloomberg, Jumat (29/4).

Tim Cook berbicara tentang kekurangan pasokan ketika wawancara terkait saham Apple jatuh sebanyak 6,2% menjadi US$ 153,50 pada akhir perdagangan setelah pernyataan tersebut.

Apple sebelumnya mengatakan kinerja kuartal I-2022 akan menjadi rekor, meskipun tingkat pertumbuhannya akan melambat untuk keseluruhan bisnis dan segmen layanannya.

Baca juga: Vivo T1 Pro 5G dan T1 5G Meluncur di Indonesia, Dibanderol Mulai dari Rp 2.999.000

Walau akhir tahun lalu, penjualan Apple meledak, melebihi perkiraan Wall Street dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa hampir US$ 124 miliar.

Mengikuti pola biasanya, Apple menggunakan laporan kuartal kedua perusahaan untuk meningkatkan dividen dan meningkatkan pembelian kembali saham.

Dividen akan tumbuh 5% menjadi 23 sen per saham.

Perusahaan yang berbasis di Cupertino, California itu mengatakan pembatasan Covid di China telah memengaruhi permintaan di negara itu, tetapi permintaan yang lebih luas itu kuat.

Dan itu bersaing dengan peningkatan inflasi dan penarikan dari Rusia setelah invasi negara itu ke Ukraina.

Baca juga: Daftar Harga HP OPPO Terbaru Bulan Maret 2022: OPPO A16 hingga OPPO Reno7 5G

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini