Bentuk dan saluran hoaks dari yang tertinggi sampai yang terendah ada sosial media, aplikasi chatting, situs web, TV, media cetak, E-mail, radio.
Sementara itu, topik konten yang paling banyak mengandung isu hoaks dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah politik, kesehatan, agama, lingkungan, kerusuhan dan bencana alam.
Literasi digital di Indonesia perlu ditingkatkan melalui 4 pilar bermedia digital, di antaranya yaitu aman bermedia digital, etis bermedia digital, cakap bermedia digital, serta budaya bermedia digital.
Muhammad Sabilur Rosyad dari Young On Top Nation memaparkan, kecakapan digital harus berlandaskan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai jalan tengah dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saat berinteraksi sosial di platform digital.
"Dunia digital adalah dunia kita sekarang ini dan kita bisa mengisinya serta menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya," ungkapnya.
Ditegaskan, dengan menjadikan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pedoman kehidupan, setiap individu diharapkan mampu memiliki kemampuan dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan. Sehingga akan tercipta digital ethics dan digital safety.
Digital ethics didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara, Digital Safety merupakan kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Annisa Choiriyah, Chief Marketing Officer PT Cipta Manusia menambahkan, seseorang bisa dikatakan sudah memiliki kemampuan cakap bermedia digital jika mampu mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan.
Selain itu juga mampu dalam mengoptimalkan mesin pencarian, memfilter informasi yang diterima dan sebagainya.