News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jurnalis Ini Ungkap Twitter Punya Daftar Hitam Rahasia untuk Batasi Pengguna

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Twitter. Jurnalis Independen Amerika Serikat Bari Wais mengklaim Twitter membuat daftar hitam rahasia untuk membatasi visibilitas tweet yang tidak disukai dan akun berhaluan tertentu.

Kritikus menuduh Musk mengorbankan keselamatan dan keamanan platform, dan mengantarkan lonjakan kefanatikan serta kebencian di platform media sosial tersebut.

Pada hari ini, Musk menulis di Twitter bahwa platform sedang mengerjakan pembaruan untuk 'menunjukkan status akun Anda yang sebenarnya, sehingga Anda tahu dengan jelas jika Anda telah dilarang, alasan mengapa dan bagaimana mengajukan banding.'

Klaim Weiss pada hari ini memicu pertentangan, dengan kaum konservatif memanfaatkan laporannya sebagai bukti bias liberal Twitter, sementara beberapa orang menuduh Weiss bertindak sebagai juru bicara Elon Musk, orang terkaya di dunia.

Beberapa pengguna Twitter juga mengungkapkan, Musk pada bulan lalu mengatakan bahwa tweet yang penuh kebencian dan negatif akan "dihapuskan" dan "demonetisasi" di bawah kepemimpinannya, menjadikan kebijakan baru platform tersebut sebagai kebebasan berbicara, tetapi bukan kebebasan untuk menjangkau.

Sementara Taibbi, mantan jurnalis Rolling Stone yang sekarang menulis di platform online Substack, menerbitkan korespondensi internal Twitter dari Oktober 2020 yang menunjukkan bagaimana para eksekutif membuat keputusan untuk membatasi penyebaran artikel New York Post mengenai materi yang ditemukan di laptop milik Hunter Biden, Putra Presiden AS Joe Biden.

Baca juga: Siap-Siap! Tarif Twitter Blue Naik Jadi 11 Dolar AS Per Bulan

Laporan itu menunjukkan petinggi Twitter mendiskusikan bagaimana menangani artikel tersebut, yang pada akhirnya artikel itu dibatasi karena pelanggaran terkait kebijakan platform terhadap materi yang diretas.

Keputusan Twitter untuk menyensor artikel tersebut, yang memicu perdebatan sengit mengenai peran media sosial dalam demokrasi, terjadi setelah mantan pejabat intelijen AS mengatakan materi pada laptop tersebut mengandung ciri disinformasi Rusia, meskipun tidak ada bukti keterlibatan Rusia yang ditawarkan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini