News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polemik TikTok Shop

Mengapa TikTok Shop Harus Dipisah dan Bisnis Media Sosial? Apa Bedanya dengan E-Commerce

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Media sosial dan e-commerce memiliki perizinan berbeda, sehingga berdampak pada sulitnya pengawasan pada platform tersebut.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, sudah seharusnya TikTok tidak menjalankan bisnis media sosial dan e-commerce bersamaan.

Menurut dia, apabila ada platform yang menyatukan media sosial dan e-commerce atau disebut juga social commerce, akan menimbulkan kerugian yang besar.

Pertama, masalah perizinan jadi berbeda, sehingga berdampak pada sulitnya pengawasan pada platform tersebut.

Baca juga: TikTok Ogah Setop Bisnis Medsos dan E-Commerce Secara Bersamaan Meski Diminta Dua Menteri Jokowi

"Perizinan dan pengawasan untuk e-commerce itu ada di Kementerian Perdagangan, sementara media sosialnya misalnya untuk pemberantasan hoax itu ada di Kementerian Komunikasi dan Informatika," kata Bhima kepada Tribunnews, Rabu (13/9/2023).

"Jadi, ini terpisah-pisah sehingga mempersulit pengawasan dari masing-masing bidang," lanjutnya.

Berikutnya, Bhima mengkhawatirkan TikTok Shop bisa melakukan persaingan usaha yang tidak sehat.

Hal itu karena TikTok Shop menerapkan algoritma yang bisa mendorong pengguna media sosialnya membeli produk yang terafiliasi dengan mereka.

"Dikhawatirkan TikTok itu akan menerapkan alogirtma dalam hal pencarian paling favorit misalnya atau barang-barang yang menjadi preferensi dari pengguna media sosial karena dia sudah punya algoritmanya," ujar Bhima.

"Itu bisa didorong untuk menjual barang-barang yang lebih laris menurut TikTok atau terafiliasi dengan TikTok. Ini menjadikan persaingan usaha yang tidak sehat," sambungnya.

Ketiga, masalah di TikTok Shop adalah predatory pricing yang dikhawatirkan bisa menghancurkan usaha para pelaku UMKM Tanah Air.

Predatory pricing muncul melalui diskon promosi yang besar-besaran, terutama produk yang terafiliasi langsung dengan TikTok di China.

"Ini bisa berbahaya sekali bagi pelaku usaha UMKM. Produsen UMKM sudah sangat berkurang," ungkap Bhima.

Adapun saat ini penjual lokal yang banyak di TikTok Shop bukanlah produsen, melainkan perantara atau reseller.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini