Menurutnya, program pelatihan konten kreator untuk anak-anak difable ini didukung penuh oleh Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) dan Forum Keluarga Spesial Indonesia (FORKESI).
Seperti kita ketahui, DNIKS juga memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pemberdayaan kalangan disabilitas. Diharapkan, program pelatihan ini bersifat jangka panjang sehingga dapat membentuk kemandirian bagi anak-anak disabilitas.
“Anak-anak ini memiliki kreativitas yang tidak terbatas dan tentunya sangat bermanfaat bila terus dikembangkan,” jelasnya.
Pada kesempatan terpisah, Wakil Ketua Umum FORKESI, Nia Nurningsih, merasa senang dengan diadakannya pelatihan konten kreator untuk anak-anak disabilitas ini.
“Hebat banget yang punya ide pelatihan ini. Saya merasa ini menjadi kebutuhan anak-anak disabilitas dan kami sangat terdukung dengan diadakannya pelatihan konten kreator ini,” jelasnya.
Menurut Nia, sebagian besar anak disabilitas, terutama yang mengalami autism ternyata melek sosial media.
“Jadi kegiatan pelatihan konten kreator ini sangat bagus untuk mengarahkan mereka. Semoga kegiatan ini terus berkesinambungan,” ucapnya.
Pendiri FORKESI ini juga berharap, suara anak-anak berkebutuhan khusus lebih terdengar, prestasi mereka lebih terlihat dan mereka memiliki wadah dan mendapatkan dukungan sehingga lebih terarah.
“Jadi mereka bisa saling dukung satu sama lain, jadi lebih kuat lagi. Dengan adanya pelatihan ini juga membuat peluang bagi para anak berkebutuhan khusus melakukan kegiatan membuat video, atau menunjukkan penampilannya di hadapan orang-orang, serta posting status di sosial media seperti anak-anak pada umumnya,” ungkap Nia.
Dia mengatakan, selama ini anak berkebutuhan khusus seperti dikesampingkan. “Dengan adanya grup konten kreator ini saya berharap kelak menjadi sebuah komunitas konten kreator. Bukan lagi sekadar teman-teman sekumpulan. Bahkan, kelak bisa menjadi suatu peluang pekerjaan buat mereka. Jadi life skill mereka terarah dan ada tempatnya,” harap Nia.
Salah satu anggota FORKESI, Darya mengungkapkan rasa senangnya karena pelatihan konten kreator untuk anak disabilitas ini menjadi sebuah pembelajaran baru.
“Saya punya rencana setiap tahun anak saya yang mengalami sindrom autis bertambah kemampuannya. Saat ini, anak saya bisa melukis dan menari. Walaupun skill berbicara belum banyak, tapi dengan pelatihan konten kreator ini semoga bisa membantu mengasah kemampuan bicaranya. Sejauh ini dia sebagai penikmat sosial media sekadar menggunakan gadget. Harapannya, dia bisa menambah skill sebagai konten kreator karena mau tak mau dia harus speak up atau belajar bicara,” kata dia.