News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Serangan Siber Makin Menjadi-jadi, Pebisnis Harus Makin Melek Digital

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Budhi Wibawa, CEO dan Pendiri ICS Compute.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaku bisnis di segmen UMKM perlu segera meningkatkan literasi digitalnya untuk mengantisipasi serangan siber yang kini makin menjadi-jadi.

Pebisnis UMKM yang telat mengantisipasi tren ini dikhawatirkan akan menjadi sasaran serangan mereka yang berpotensi membuat bisnis jadi merugi bahkan bangkrut.

"Saat ini 60 persen serangan cyber security memgarah ke bisnis UMKM. Targetnya adalah persaingan pasar karena di sana ada reputasi," ungkap Firman dari ICS Compute di acara konferensi pers pengenalan Managed Security Services Provider (MSSP) di Jakarta, Senin, 16 Desember 2024.

Firman menjelaskan, tujuan para pelaku serangan siber yang menyasar pebisnis UMKM adalah untuk memiskinkan sasaran.

Baca juga: Survei Populix: 67 Persen Responden Khawatirkan Risiko Keamanan Siber di Era Digitalisasi

Modus-modusnya sangat beragam, seperti yang sederhana misalnya, melakukan pembelokan/pembajakan scan QR code. Uang pembayaran dari konsumen/pelanggan yang seharusnya masuk ke kantong pebisnis UMKM, dialihkan ke rekening pelaku serangan siber.

"Ketika bisnis kita mulai masuk ke ranah internet, saat itu juga cyber security sebaiknya langsung segera diaktifkan," saran Firman.

Firman memaparkan, pola serangan sekarang tidak hanya sekadar merusak nama tapi sampai memiskinkan juga.

Misalnya, temuan kasus serangan siber dengan cara menduplikasi server yang terjadi di perusahaan media yang membuat perusahaan tersebut mendapatkan tagihan server cloud yang sangat tinggi.

Menurut dia, ada 3 pilar cyber security, yakni kesadaran user seperti menyangkut login, backup, prosedur dan tools.

Budhi Wibawa, CEO dan Pendiri ICS Compute mengatakan, serangan siber kini semakin canggih dan sulit dideteksi mengikuti perkembangan adopsi digital yang meningkat tajam.

"Serangan ransomware, phishing, malware, dan social engineering semakin merajalela. Threads di luaran semakin canggih dan sophisticated. Itu membuat kita bingung apakai itu thread atau bukan dan kadang membuat kita lengah," ungkapnya.

"Tantangan tersulit ada di exceptional operation karena sulit diterapkan dalam monitoring hingga mitigasi cyber security."

"Kasus kasus cyber security yang terjadi saat ini tidak datang dan terjadi begitu saja karena threads nya muncul bisa beberapa hari atau beberapa minggu atau beberapa bulan sebelumnya," beber Budi.

Namun untuk membangun pertahanan siber ada sejumlah tantangan yang dihadapi. Diantaranya, keterbatasan anggaran karena investasi di bidang keamanan siber juga tidak murah.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini