News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kuliner

Sate Mak Etek Datar yang Melegenda di Padang

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sate Mak Etek Datar.

TRIBUNNEWS.COM - Sumatera Barat tak cuma terkenal dengan keelokan nagari, namun juga beragam kuliner khasnya. Nah, kalau Anda berlibur ke Kota Batusangkar yang populer dengan Istana Basa atawa Istana Pagaruyung, jangan lewatkan mencicipi makanan khas ibukota Kabupaten Tanah Datar tersebut.

Usai menatap takjub rumah gadang nan megah yang menjadi ikon Sumatra Barat itu, Anda bisa menjajal beragam makanan khas di kedai-kedai yang berjejer di jalan menuju Istana Pagaruyung; mulai sate, lamang tapai, sampai nasi kapau.

Bagi Anda yang ingin menikmati sate khas kota yang berjarak 97 kilometer (km) dari Padang ini, silakan mampir ke Sate Mak Etek Datar. Lokasi kedai yang berdiri tahun 1990 itu sekitar 4 km dari Istana Pagaruyung. Tepatnya, ada di Jalan Sutan Alam Bagagarsyah Nomor 41, persis di depan SMA Negeri 1 Batusangkar.

Sebut saja nama Sate Mak Etek Datar, warga Batusangkar yang mengenal kearifan rasa satenya bakal menunjukkan letak kedai ini. Maklum, kedai milik Rukmini tersebut sangat terkenal di kota yang di masa kolonial Belanda bernama Fort Van der Capellen itu.

Jam buka kedai ini cukup singkat, dari setengah sembilan pagi sampai dua siang saja sepanjang Senin hingga Sabtu. Tiap Ahad libur. Dan, jam ramainya pukul setengah sebelas sampai setengah duabelas. Pembelinya membeludak. Tambah lagi, kapasitas tempat duduk kedai kakilima ini juga cuma 15 pengunjung.

Kesejukan Batusangkar yang berada di kaki Gunung Merapi memang cocok dengan kombinasi sate yang menghangatkan tubuh. Jadi, segera pesan, ya. Kalau lagi enggak ramai, hanya dalam hitungan menit seporsi sate daging sapi tersaji di meja.

Sate terhidang di atas piring plastik berwarna-warni berlapis daun pisang. Lima tusuk sate dengan potongan daging besar tersaji di atas potongan ketupat berbalur kuah berkelir kuning kemerahan menggoda.

Tunggu dulu, jangan buru-buru menyantapnya. Sebab, kuah sate tersaji dalam kondisi sangat panas. Diamkan sesaat dulu, ya. Kalau sudah tidak terlalu panas lagi, baru icip-icip kuahnya yang menggenang di piring. Anda akan rasakan sensasi rasa kuah yang ramai. Nano-nano rasanya, manis, asam, asin, juga pedas. Semua rasa saling mengisi, perpaduan yang komplet di lidah.

Alhasil, tak jarang banyak pembeli kedai ini yang meminta tambah kuah tersebut untuk sekadar mereka santap bersama kerupuk atau keripik.

Puas mencicipi kuah, sekarang waktunya melahap sate. Potongan daging yang menancap di bilah-bilah lidi besar-besar. Saat masuk mulut, rasa bumbu bakaran langsung menunjukkan karakternya. Dominasi gurih dan pedas rempah-rempah bakal memenuhi lidah Anda. Dagingnya empuk, gampang dikunyah, dengan kematangan yang pas. Bumbunya meresap ke sel-sel daging.

Makin sedap disantap bareng ketupat. Habis, takaran beras dan kadar airnya pas. Sehingga, ketupatnya tidak terlalu padat dan lunak saat digigit. Plus, disajikan dengan porsi yang pas untuk perut. Kenikmatannya semakin terasa saat dimakan bersama kuah yang unik.

Bumbu kuah

Mau tahu rahasia kelezatan sate racikan Rukmini? Perempuan yang akrab dipanggil Gadih ini mengungkapkan, rahasianya terletak pada bumbu kuah dan daging. Bahan-bahan, seperti lengkuas, kunyit, cabai, serai, dan bawang merah, dihaluskan lalu ditumis dan disangrai layaknya memasak bumbu rendang. “Lalu dibalurkan ke daging yang sudah direbus hingga meresap,” katanya.

Bumbu yang sama juga digunakan untuk membuat kuah sate dengan tambahan tepung beras dan gula aren. Tapi, Gadih bilang, sejatinya bumbu yang dia pakai sama dengan kedai lainnya. “Hanya, dengan pengolahan benar akan menghasilkan citarasa yang tinggi,” ujar wanita paruh baya ini.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini