Di dalam masjid juga terdapat Bedug yang diberi nama Kyai Dondong dan mimbar yang umurnya sama degan Masjid Gede Mataram Kotagede.
“Bedug Kyai Dondong hingga saat ini masih bisa digunakan. Satu hari menjelang Ramadan bedug tersebut pasti ditabuh sebagai tanda bulan Ramadan telah tiba”, tambah Warisman.
Tumpuk Tiga Pada Bangunan Utama
Bangunan Masjid Gede Mataram Kota Gede memiliki atap tajug (lambang gantung) tumpuk tiga pada bangunan utama dengan mustoko berbentuk gada dan ditopang dengan empat tiang.
Gada tersebut melambangkan sahadat dan keempat tiang melambangkan salat, puasa, zakat, dan haji. “Mustoko dan keempat tiang yang ada di Masjid ini melambangkan rukun Islam”, terang Warisman.
Bangunan masjid terbagi dalam lima bagian, yakni kuncungan yang menjadi akses utama menuju bagian dalam masjid. Bagian kedua adalah kolam yang mengelilingi masjid yang disebut jagang.
Bagian ketiga adalah serambi yang dibagi dalam dua bagian yakni serambi bawah dan serambi atas yang memiliki atap berbentuk limasan.
Bagian keempat adalah bagian induk masjid yang dibagi dalam dua bagian, yakni bagunan utama (liwan) dan bagian kedua adalah ruang pada sisi selatan Liwan yang dinamakan pawestren yang menjadi ruang khusus bagi jemaah perempuan.
Dan yang terakhir adalah tempat wudhu yang ada di bagian utara dan selatan masjid.
Dua Tahap Membangun
Pada masa pembangunannya Masjid ini mengalami dua tahap pembanguan.
Tahap pertama berupa pembangunan ruang inti masjid yang dibangun oleh Panembahan Senopati, dan pembangunan Serambi Masid yang dilkukan oleh Sultan Agung.
Selain membangun serambi Sultan Agung juga membangun kolam atau “jagang”.