Suasana Pasar Surabaya tergolong teduh dan relatif tidak begitu panas, dibandingkan wilayah lain di Jakarta karena banyak pepohonan rindang disekitarnya.
Terdapat lebih dari 200 lapak permanen di pasar ini.
Lapak-lapak di pasar ini didominasi oleh penjual barang antik konvensional seperti koin antik zaman kependudukan Belanda di Indonesia yang dihargai Rp 125.000.
Ada juga botol arak kuno yang menurut penjualnya juga peninggalan Belanda, dijual antara Rp150 sampai Rp350 ribu.
Barang Antik dan Kaset Lagu-lagu Lawas
Barang-barang antik di Pasar Surabaya tidak hanya guci kuno, uang kuno, patung-patung antik, lampu gantung antik, dan botol antik, tapi juga menjual barang antik era digital.
Gramaphone antik, piringan hitam, dan kaset-kaset lama pun juga ada di sini.
Seperti salah satu toko yang menjual Gramophone model manual yang belum menggunakan tenaga listrik dan masih harus diengkol agar bisa mengalunkan suara dari piringan hitam.
Keramik kuno yang dijual di Pasar Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta (Tribunnews/ Valdy Arief)
Pemutar piringan hitam manual yang diklaim penjualnya masih berkerja dengan baik, dihargai empat juta Rupiah.
Tidak semuanya menjual barang-barang antik, beberapa lapak menjual koper dan tas baik bekas dan baru.
Bahkan aksesoris bermerek bekas untuk pria, seperti gesper dan sepatu kulit juga dijajakan.
Bagi penggemar barang antik yang ingin ke Pasar ada baiknya datang pada sore hari, karena penjual akan menawarkan harga "penghabisan" yang masih bisa ditawar.
Saat menawar, berikan penawar pertama, setengah dari harga awal yang diajukan pedagang pertama kali, kemudian sesuaikan hingga harga yang dianggap cocok.
Banyaknya kabar miring yang menyebut bahwa barang antik yang dijual di Pasar Surabaya dipertanyakan ke-otentikan-nya, harus menjadi pertimbangan saat berbelanja disini.
Tidak ada salahnya jika mengajak orang yang mengerti barang bersejarah agar tidak terjebak penjual nakal.