Laporan Wartawan Surya, Wiwit Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan juga banyak menyimpan sejarah masa
lalu yang berkaitan dengan meraih dan menjaga kemerdekaan.
Salah satunya adalah kekuatan tempur laut yakni kapal selam, yang setelah purna tugas kini dijadikan sebagai monumen kapal selam.
Sebagai monumen sekaligus tempat wisata sejarah dan pendidikan, kapal selam dengan nama KRI Pasopati 410, terletak di tengah pusat kota Surabaya yakni di Jalan Pemuda.
Berada di tepi Sungai Kalimas dan berdekatan dengan pusat perbelanjaan Surabaya Plasa, menjadikan monumen kapal selam ini selalu ramai dikunjungi .
Monumen Kapal Selam KRI Pasopati 410 di Surabaya, tampak luar. (SURYA/ WIWIT PURWANTO)
“Monumen kapal selam ini bukan monumen replika, namun dengan skala penuh sesuai aslinya, begitu pula dengan peralatan didalamnya semuanya masih asli seperti saat kapal selam ini masih beroperasi di kesatuan armada divisi Timur,” jelas Windiar seorang guide di monument kapal selam.
Dari bentuk kapal selam memang monumen KRI Pasopati 410 ini terlihat masih utuh, mulai bagian depan hingga buritan, termasuk baling-baling serta rantai dan jangkar juga masih menempel di badan kapal.
Konstruksi monumen ini kata Windiar, dimulai pada bulan Juli 1995, saat itu pembangunan ini ditandai dnegan peletakan batu pertama oleh Gubernur Jawa Timur saat itu, Basofi Soedirman.
Betapa Repot Saat Memindahkan Dari Laut
Namun tidak mudah untuk mengangkat kapal yang berada di laut untuk di bawa ke atas daratan hingga masuk pusat kota, karena berat dan panjang kapal.
Untuk membawanya ke pusat kota seperti sekarang kapal yang memiliki panjang 76,6 m dan lebar 6,30 m serta berat kosong 1.050 ton kjapal selam akhirnya harus diiris menjadi 16 bagian.
Pengerjaan dilakukan oleh PT PAL, selanjutnya kapal yang sudah di iris 16 bagian ini satu persatu diangkut dengan menggunakan trailer untuk diletakkan di atas pondasi monumen.
“Untuk pengangkutan juga harus berkoordinasi dengan semua instansi, seperti PLN, PDAM, lalu lintas serta instansi lainnya, karena kondisi kapal yang berat dan besar,” kata Windiar.