PLTD Apung 1 terbagi atas ruang-ruang yaitu 1 buah dapur, 1 buah mess, 1 buah lobi, 4 kamar, 1 ruang kepala kabin, dan 1 ruang mesin yang kini sedang dialihfungsi menjadi ruang museum.
12 orang guide yang bertugas secara bergantian siap menemani pengunjung berkeliling kapal.
Namun ruang yang terakhir disebutkan masih tertutup untuk umumS erambi beruntung berkesempatan memasuki ruang mesin berlantai dua tersebut pada Sabtu, (16/5) petang.
Seorang petugas security ditunjuk untuk mengawal dengan setia menjelaskan semua perkakas yang bertengger di dalamnya.
Delapan unit monitor video dan puluhan foto yang terbingkai rapi berjejer di lantai dasar. Menaiki lantai 2, masih dengan puluhan foto berbingkai.
Di sini foto-foto bermacam ukuran itu bertengger manis di dalam kaca etalase yang mengapit sepanjang selasar lantai 2 yang tak seberapa luas.
Sorotan sinar lampu berpenerangan cukup yang dipancarkan dari puluhan bola lampu di sepanjang selasar memungkinkan untuk melihat detil foto yang terpajang.
Foto-foto yang tampil dalam format warna dan hitam putih itu bercerita tentang pembuatan kapal serta tatkala kapal itu terseret gelombang.
PLTD Apung 1 dibuat sejak 1996 dan usai terdampar pihak PLN ingin mengembalikan lagi ke fungsi dan lokasinya.
Namun oleh pemerintah setempat dialihfungsikan sebagai situs tsunami.
Pengembangan situs dilakukan pada 2008 di atas lahan seluas 25.000 m2 di bawah pengawasan ahli kebumian maupun seni dan budaya. PLTD Apung 1 tak sekedar kapal, ia mampu berbicara tentang banyak hal.