Laporan Wartawan Sriwijaya Post/Odi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Pemandangan unik dan lucu terlihat di kawasan Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang, Sabtu (7/6/2015) siang.
Sebanyak 1.332 Telok Abang yang dibagikan usai diarak keliling dalam pawai budaya Palembang 2015 langsung diserbu warga yang datang.
Anak-anak, remaja, dan orang tua berkumpul berebut telur rebus yang cangkangnya telah dilumuri pewarna kue itu.
Meski harus berdesak-desakan dan banyak yang terhempit, rebutan telur tetap berjalan hingga benare-benar habis.
Ini merupakan salah satu rangkaian acara yang turut memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-1.332 Palembang.
Telok Abang yang menjadi bagian dari Festival Budaya dalam rangka HUT ke-1332 Kota Palembang, di Plaza Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, Sabtu (7/6). (Sriwijaya Post/Zaini)
Selain pawai budaya, masih banyak kegiatan seru lainnya yang dipusatkan di pinggir Sungai Musi ini.
Lalu apa itu Telok Abang?
Sejarah mencatat, “Telok Abang" bermula dari peringatan Ulang Tahun Ratu Belanda Wilhelmina II saat Indonesia masih dijajah Belanda.
Pada waktu itu, masyarakat Kota Palembang memeriahkannya dengan membuat telur yang dicat merah atau dikenal sebutan Telok Abang.
Sejak Palembang resmi lepas dari jajahan Belanda, tradisi Telok Abang pun diteruskan tiap peringatan HUT RI setiap tahunnya.
Awalnya Telok Abang terbuat dari telur itik kemudian diberi pewarna kesumbo (tinta digunakan untuk mengecap karung beras dan gula).
Telok Abang saat diberi warna. (Sriwijaya Post/Zaini)
Karena bahan itu tidak aman untuk dikonsumsi, saat ini para penjual mengganti pewarna kesumbo dengan pewarna kue atau yang biasa dikenal dengan abang kue.